Perusda Percetakan-RPH Modal Awal "Holding Company"
Kamis, 22 September 2016 21:43 WIB
"Perusda Percetakan selama ini berjalan baik dengan aset Rp7,5 miliar, demikian juga RPH Penggaron," kata Ketua Pansus Pendirian Perusda Bhumi Pandanaran Sejahtera Anang B Utomo di Semarang, Kamis.
Hal tersebut diungkapkan usai kunjungan lapangan untuk melihat kesiapan Perusda Percetakan dan RPH Penggaron yang menjadi tahap pertama penggabungan perusahaan daerah menjadi "holding company".
Politikus Partai Golkar itu menyebutkan jika kedua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Kota Semarang itu digabung menjadi Rp7,5 miliar, ditambah dengan penyertaan modal Rp10 miliar.
"Asetnya akan menjadi Rp25 miliar. Sudah cukup memenuhi persyaratan jadi induk perusahaan. Kami harapkan keberadaan perusda induk ini dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat dan pemerintah," katanya.
Rencananya, Pemkot Semarang akan membentuk "holding company" yang membawahi sejumlah perusda, dan pada tahap pertama adalah Perusda Percetakan dan RPH Penggaron menjadi Perusda Bhumi Pandanaran Sejahtera.
Untuk RPH Penggaron, kata dia, tidak hanya bermanfaat untuk pemotongan hewan, tetapi bisa membawa profit bagi pemerintah sehingga kucuran dana yang diberikan pemerintah tahun ini bertambah.
"Tahun lalu, pemerintah mengucurkan dana sekitar Rp2,5 miliar, sementara tahun ini mencapai Rp22 miliar," katanya.
Direktur RPH Penggaron Semarang Imam Sudibyo mengungkapkan rencana perusda tersebut melakukan budi daya sapi untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Semarang terhadap konsumsi daging sapi.
"Ada ribuan ekor sapi. Kami mempersiapkan budi daya dengan cara inseminasi buatan untuk menghasilkan peranakan sapi yang selanjutnya dibesarkan di lahan seluas 4,5 hektare di RPH ini (Penggaron, red.)," katanya.
Direktur Perusda Percetakan Kota Semarang Fajar Akriana mengatakan perusda yang dipimpinnya selama ini sudah berjalan baik dibuktikan dengan omzet usaha yang naik secara signifikan.
Apabila dibandingkan pada 2015, kata dia, omzet usaha pada tahun ini naik sekitar 40 persen mencapai Rp8 miliar lebih yang sebenarnya tidak lepas dari penyertaan modal yang diberikan sejak 2012-2015.
"(Penyertaan, red.) Modal yang kami terima dibelikan mesin baru. Hasilnya, sekarang omzet usaha naik. Peralatan percetakan diremajakan sehingga 'output' usaha pun meningkat," katanya.
Pewarta : -
Editor:
Zuhdiar Laeis
COPYRIGHT © ANTARA 2024