Logo Header Antaranews Jateng

Imam Besar Istiqlal: Aparat Keamanan tidak Terpikir Peserta Demo seperti Penjahat

Selasa, 1 November 2016 17:03 WIB
Image Print
Sejumlah anggota Brimob melakukan penjagaan di halaman kantor Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta, Selasa (1/11/2016). Sedikitnya 28 kompi atau sekitar 2.800 personel Brimob dari berbagai Polda disiapkan guna mengamankan aksi demonstrasi 4 November 2016
Jakarta Antara Jateng - Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar mengingatkan umat Islam yang akan mengikuti demonstrasi pada 4 November nanti agar tidak anarkis, senantiasa menjaga persatuan, dan taat aturan.

"Jangan ada anarkisme, jangan merusak hal-hal yang tidak perlu, dan jangan menimbulkan perpecahan," kata Nasaruddin di Jakarta, Senin.

Di sisi lain, ia juga minta aparat keamanan tidak terpikir bahwa peserta demonstrasi itu seperti penjahat atau provokator. Apalagi di sana akan hadir tokoh dan ulama-ulama kharismatik dan terkemuka.

Nasaruddin mengaku memperoleh informasi bahwa beberapa ulama dan tokoh Islam akan ikut kegiatan tersebut, antara lain Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin, mantan Ketua Umum Baznas KH Didin Hafidhuddin, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin, KH Abdullah Gymnastiar, Ustadz Yusuf Mansur, Ustadz Arifin Ilham, juga beberapa anggota DPR

Ia yakin dengan adanya kepemimpinan dan bimbingan para ulama dari MUI, NU, dan Muhammadiyah, serta para tokoh lainnya, aksi itu akan berjalan lancar dan umat tidak terpancing oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin membenturkan Islam dengan kepentingan lainnya, terutama yang ingin memecah belah NKRI.

"Jangan sampai diprovokasi oleh siapa pun. Kalau tidak diprovokasi pasti adem-adem saja. Mereka melakukan niat luhur, kalau dihadapi berlebihan, mereka, para ulama yang santun itu, akan tersinggung," kata dia.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini menilai aksi demonstrasi ini merupakan bentuk dukungan umat Islam kepada pemerintah untuk melakukan tindakan terhadap upaya-upaya yang melecehkan agama Islam dan telah menyinggung perasaan umat.

"Hargai hak demokrasi setiap warga negara. Wajar bila kita yang mencintai Al Quran akan turun ke jalan untuk membelanya," kata mantan Wakil Menteri Agama ini.

Ia memuji pernyataan Kapolri, Panglima TNI, dan Kapolda Metro Jaya yang melarang anggotanya menggunakan senjata dalam mengamankan aksi itu.

Meski demikian, ia mengingatkan aparat kepolisian agar cermat dan super hati-hati dalam melakukan pengamanan karena aksi ini akan sulit dideteksi terkait potensi kemungkinan ditunggangi kelompok radikal.

"Agaknya sulit untuk membaca situasinya karena kelompok moderat dan garis keras akan menyatu turun di jalan, bahkan kelompok liberal juga akan turun. Artinya, aparat keamanan harus cermat dalam melakukan pengamanan, jangan sampai aparat salah mengambil tindakan," kata dia.

Terkait dengan rencana demontrasi itu akan dilakukan setelah shalat Jumat dari Masjid Istiqlal menuju Istana Negara, Nasaruddin menyatakan tidak bisa melarang umat Islam untuk datang ke masjid nasional itu. Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya tidak mau menjadikan Masjid Istiqlal sebagai panggung politik untuk siapa pun.

"Masjid Istiqlal harusnya jadi oase spiritual, jangan kita diblok seolah-olah Masjid Istiqlal tempat berkumpul untuk merongrong pemerintah atau siapa pun," tandasnya.

Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024