Saparan Tanda Syukur Warga Mantran Wetan atas Pertanian Subur
Rabu, 23 November 2016 18:13 WIB
"Tradisi merti desa setiap Rabu Pahing dalam Sapar atau 'Saparan' ini kami lakukan sebagai ungkapan syukur masyarakat atas kesuburan pertanian sehingga panenan melimpah," kata Kepala Dusun Mantran Wetan Handoko di Magelang, Rabu.
Masyarakat setempat melakukan tradisi budaya itu, antara lain dengan kirab dari tepi dusun menuju halaman rumah kadus atau kepala dusun setempat dipimpin pemuka mereka Supadi Haryanto dan modin dusun setempat Muhammad Thohir.
Setiap warga membawa tumpeng berisi nasi dan lauk-pauk dalam kirab tersebut, sedangkan satu tumpeng dengan berbagai hiasan hasil pertanian diusung sejumlah warga menggunakan tandu. Tumpeng yang ukuran cukup besar itu bernama "Tumpeng Jongko". "Jongko" artinya harapan atau cita-cita.
Mereka juga menempatkan sesaji di atas genting rumah Kadus Handoko, sedangkan di salah satu ruangan rumah itu disiapkan berbagai sesaji lainnya yang lengkap untuk ungkapan syukur masyarakat.
Sebagian besar warga hidup dari pertanian terutama berbagai macam sayuran. Hasil panenan mereka selama ini dipasok ke sejumlah pasar sayuran untuk selanjutnya dibawa ke berbagai kota besar.
Di halaman rumah kadus, warga duduk bersila mengelilingi "Tumpeng Jongko" dan melakukan kenduri, sedangkan Modin Thohir memimpin doa, antara lain untuk keselamatan masyarakat dari bencana, semakin kuat semangat kekeluargaan dan gotong-royong warga, kelancaran para petani dalam mencari penghidupan sehari-hari, serta mendoakan anak-anak agar berhasil dalam sekolahnya.
Dalam setiap pelaksanaan tradisi itu, mereka juga mementaskan tarian tradisional bernama "Jaran Papat".
Tarian dengan perangkat utama berupa kuda kepang dan iringan tabuhan sejumlah alat musik gamelan itu, disuguhkan empat laki-laki secara turun-temurun sehingga diberi nama "Jaran Papat".
Seorang tokoh warga setempat yang juga Ketua Sanggar Andong Jinawi Supadi Haryanto mengatakan pada tradisi Saparan tahun ini, masyarakat jugamenggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.
Lakon wayang kulit yang dipentaskan adalah "Wahyu Katentreman" dengan dalang Ki Triyono Labdo Carito dari Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
"Pentas wayang kulit ini juga bagian dari rasa syukur kami karena panenan melimpah dan bagus. Tanah yang subur akan kami jaga kelestariannya," katanya.
Rangkaian lainnya atas Tradisi Saparan mereka, seperti pelantunan tembang-tembang selawat dalam Bahasa Jawa Kuna dan Arab yang disebut "Njanen" dan pementasan berbagai kesenian tradisional yang selama ini dihidupi warga setempat dalam kelompok Sanggar Andong Jiwani Dusun Mantran Wetan.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024