Buku dan Tantangan Media Sosial
Minggu, 30 April 2017 17:32 WIB
Namun tidak dapat dipungkiri, ada pengaruh internet dan media sosial, yang dapat mengurangi minat baca generasi muda terhadap buku.
Generasi muda bisa saja berfikir, kalau info-info praktis bisa diperoleh melalui internet, dan media sosial, padahal, menurut dia, membaca buku memiliki keistimewaan tersendiri.
Karena itu, seluruh pihak terkait, harus bersinergi dalam memberikan pemahaman kepada seluruh komponen masyarakat akan pentingnya membaca bagi kehidupan pribadi dan juga harga diri sebagai sebuah bangsa.
Pemerintah Pusat dan daerah bisa bekerja sama menyediakan buku-buku murah dan bermutu bagi masyarakat.
Buku dimaksud bukan hanya buku lokal, tapi juga buku asing yang nantinya direspon oleh lembaga-lembaga pendidikan melalui kegiatan pembelajaran yang memotivasi minat baca peserta didik.
Dan yang paling utama adalah, guru dan orang tua harus memberikan suri tauladan bukan hanya saran atau pemaksaan ke anak atau anak didik untuk membaca. Maksudnya adalah di waktu-waktu senggang marilah perbanyak membaca buku, bukan sibuk membuat status dan membaca pesan-pesan di media sosial.
Untuk meningkatkan minat baca, harus disesuaikan dengan minat dari khalayak sasaran yang akan dibidik.
"Untuk meningkatkan minat baca masyarakat umum tentunya dengan menstimulasi mereka dengan bahan bacaan yang dekat dengan mereka atau tentang diri mereka," katanya.
Misalnya, target yang akan dibidik adalah pedagang sayur di pasar, maka dapat dilakukan dengan memberi atau menghadiahi mereka buku tentang sayuran atau cara-cara mengawetkan sayuran secara alami.
Apabila targetnya para anggota polisi, tentunya bahan bacaan yang relevan dengan profesi mereka misalkan bahan bacaan yang bertemakan bela diri praktis bagi para anggota satuan reserse, atau bahaya asap kendaraan bagi para anggota satuan lalu lintas.
Sementara itu, apabila targetnya adalah generasi muda, cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan bacaan ringan yang terkait dengan seni, film, budaya, olah raga dan lain sebagainya.
"Contohnya apabila ada even bedah buku biografi seorang artis, maka akan diminati oleh anak-anak muda karena faktor popularitas yang bersangkutan, dan juga secara umum anak-anak muda menyukai musik. Jadi musik itu bisa menjadi pintu masuk bagi generasi muda untuk mencari literatur terkait," katanya.
Selain itu, menurut dia keberadaan perpustakaan di daerah-daerah dapat memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
Namun demikian, keberadaan perpustakaan di daerah-daerah pada saat ini belum bisa sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
"Karena mungkin sebagian masyarakat masih berasumsi bahwa perpustakaan identik dengan sekolah atau hal-hal yang formal, dan mereka menduga bahwa koleksi yang ada tentunya hanya terkait dengan buku-buku sekolah," katanya.
Padahal, koleksi-koleksi buku yang ada di perpustakaan-perpustakaan daerah pada saat ini sangatlah beragam dan lengkap.
Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai daftar koleksi yang ada di perpustakaan daerah.
Pengurus perpustakaan daerah atau perpustakaan wilayah tentunya harus lebih rajin turun ke masyarakat atau melalui distribusi leaflet yang berisi info tentang daftar koleksi dan jam operasional.
Peringkat 60
Sementara itu, Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed, Purwokerto, Edi Santoso menambahkan, berdasafkan studi yang dilakukan Central Connecticut State University, tahun 2016, dari 61 negara yang disurvey, Indonesia peringkat ke-60 dalam tingkat literasi.
Berdasarkan survei UNESCO, di tahun yang sama, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen.
"Artinya, dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca, dalam kondisi seperti itu, kita digempur oleh gadget yang membawa beraneka fitur multimedia yang lebih atraktif dan impresif," katanya.
Buku, menurut dia, semakin ditinggalkan, dan generasi muda lebih menikmati sensasi media baru yang lebih memanjakan penggunanya secara visual.
Survei yang dia lakukan terhadap mahasiswa Unsoed tentang media habit, akhir tahun lalu, juga menunjukkan realitas ini. Mahasiswa semakin jarang yang baca koran, yang rutin baca koran, kurang dari lima persen. tapi yang akses media sosial hampir 100 persen. Begitu juga pada buku, kata dia, angkanya tak jauh berbeda.
Gejala tersebut tentu mengkhawatirkan, karena buku memiliki karakteristik yang tak tergantikan.
"Buku akan membawa kepada kedalaman dan reflektifitas. Beberapa penelitian juga menunjukkan membaca akan lebih meningkatkan konsentrasi dan daya ingat," katanya.
Bupati Purbalingga, Jawa Tengah, Tasdi, menyatakan komitmennya untuk meningkatkan budaya baca di wilayah tersebut.
Pemerintah kabupaten memiliki rencana untuk membangun perpustakaan di 239 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Purbalingga.
Targetnya, cakupan perpustakaan tidak hanya di kabupaten atau kecamatan saja, nantinya di 239 desa dan kelurahan di Purbalingga punya perpustakaan.
Bupati berharap, nantinya ada semakin banyak acara yang digagas untuk memajukan perpustakaan dan juga mendorong minat baca masyarakat.
Dengan demikian, keberadaan perpustakaan dapat semakin bermanfaat bagi seluruh masyarakat Purbalingga.
Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2025