Kemarau, IOM: 6,2 Juta Orang Somalia Butuh Bantuan Kemanusiaan
Rabu, 3 Mei 2017 14:28 WIB
Menurut organisasi yang berpusat di Jenewa, Swiss itu, kekurangan air dan makanan menyebabkan lebih dari 8.000 orang menjadi pengungsi baru setiap hari, dan sebanyak 600.000 orang tercatat sebagai orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka antara November 2016 dan Maret tahun ini.
Di tengah kekurangan air kronis, akibat hujan tidak turun tiga tahun berturut-turut, IOM mengatakan hewan-hewan menemui ajal akibat kehausan dan banyak keluarga dipaksa melakukan perjalanan lebih jauh lagi untuk memperoleh sumber air, demikian laporan Xinhua.
Kemarau mengakibatkan dampak menyedihkan pada kesehatan warga --yang bertambah parah akibat kurang gizi parah dan penyakit terkait. Wabah kolera serta campak juga telah dilaporkan menyebar makin luas.
Sementara itu hanya 40 persen dana yang diminta IOM untuk menangani kemarau terpenuhi sampai saat ini.
Jumlah anak yang terserang atau akan menderita gizi buruk akut di Somalia telah melonjak sebanyak 50 persen sejak awal tahun ini jadi 1,4 juta, kata Dana Anak PBB (UNICEF) pada Selasa.
Badan PBB tersebut mengatakan anak yang menderita gizi buruk parah sembilan kali lebih mungkin untuk meninggal akibat penyakit seperti kolera dan campak, yang menyebar di Somalia.
Selama kelaparan 2011 di negara Afrika itu, yang menewaskan sebanyak 260.000 orang, lebih separuh dari mereka adalah anak kecil. Penyebab utama kematian di kalangan anak kecil adalah diare dan campak.
"UNICEF dan mitranya telah merawat lebih dari 56.000 anak yang menderita gizi buruk parah sepanjang tahun ini --hampir 90 persen lebih banyak dibandingkan dengan priode yang sama pada 2016," kata Steven Lauwerier, Wakil UNICEF di Somalia.
Sebanyak 615.000 orang, sebagian besar dari mereka perempuan dan anak kecil, telah kehilangan tempat tinggal akibat kemarau sejak November 2016.
"Perpindahan baru warga akan menambah parah keadaan," kata Lauwerier. "Mereka yang masih tinggal di rumah sangat memerlukan bantuan sehingga mereka tak perlu menyelamatkan diri; dan mereka yang sudah menyelamatkan diri, dan sekarang berada di kamp, sangat rentan --terutama sekali anak-anak."
Pewarta : Antaranews
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024