Logo Header Antaranews Jateng

Gelar Budaya Wanurejo Promosikan Wisata Kawasan Borobudur

Sabtu, 20 Mei 2017 19:19 WIB
Image Print
Sejumlah orang mengusung ogoh-ogoh berupa buta dalam kirab Gelar Budaya Wanurejo XIV/2017 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Sabtu (20/5). (Foto: ANTARAJATENG.COM/Hari Atmoko)
Borobudur, ANTARA JATENG - Gelar Budaya Wanurejo 2017 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjadi ajang masyarakat untuk mempromosikan berbagai potensi kepariwisataan kawasan Candi Borobudur.

Agenda tahunan desa yang menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat berupa perti desa di kawasan bangunan warisan budaya dunia di Magelang itu, pada Sabtu, ditandai dengan kirab budaya oleh sekitar 2.000 orang melewati jalan-jalan di sekitar Candi Borobudur.

Kirab budaya mengusung berbagai simbol potensi desa antara lain berupa kesenian tradisional dan hasil bumi Desa Wanurejo dimulai dari depan kompleks Tourist Information Centre melewati pertigaan Pasar Borobudur, depan kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, dan berakhir di Balai Ekonomi Desa Wanurejo, menempuh jarak sekitar tiga kilometer.

Mereka yang ikut kirab dengan meriah diiringi berbagai musik dan tabuhan pengiring kesenian tradisional setempat, adalah perwakilan warga sembilan dusun di Desa Wanurejo, yakni Tingal Kulon, Tingal Wetan, Bejen, Ngentak, Soropadan, Gedongan, Barepan, Jowahan, dan Brojonalan.

Masyarakat menyaksikan pawai budaya tersebut di sejumlah tempat, di pinggir jalan-jalan, yang dilalui peserta kitab yang mengenakan pakaian adat Jawa dan kostum berbagai kesenian tradisional mereka.

Sejumlah anak mengenakan pakaian adat Jawa menunggang kuda di urutan pertama kirab tersebut, diikuti barisan pasukan bernama "Bregodo Sawer Wulung". Mereka lainnya mengusung sejumlah ogoh-ogoh, antara lain berbentuk buta, gajah, dan semar dalam dunia pewayangan.

Ketua Panitia Gelar Budaya Wanurejo XIV Agus Bendrat mengatakan agenda tahunan itu, pada 2017 mengangkat tema "Nyawiji Bumi Hangesti Budaya" dengan ikon gunungan, di mana setiap dusun dalam kirab membawa properti berupa gunungan.

"Ini selain mempromosikan wisata Desa Wanurejo juga yang tidak kalah penting memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya merawat alam dari kerusakan, caranya dengan merawat budaya adiluhung," kata Bendrat yang juga Ketua Desa Wisata Wanurejo itu.

Ikon gunungan diusung dalam kirab tersebut, ujarnya, karena dalam gunungan pewayangan menggambarkan kekayaan alam dengan segala isinya.

Ia menjelaskan tradisi perti dusun yang rangkaiannya berupa kirab budaya tersebut, juga menjadi kesempatan masyarakat setempat mempromosikan potensi desa wisatanya.

Hingga saat ini, Wanurejo dikenal sebagai salah satu desa wisata di kawasan Candi Borobudur, yang antara lain menawarkan panorama alam desa, kehidupan sehari-hari warga setempat, kesenian tradisional, dan pusat kerajinan industri rumah tangga.

"Hampir setiap dusun di desa kami memiliki kesenian tradisional, seperti kuda lumping, topeng ireng, kobra siswa, pitutur, juga ada produk kerajinan, seperti batik, kerajinan bambu, dan produk-produk usaha menengah, kecil, dan mikro. Itu menjadi bagian dari kekayaan pariwisata desa kami," ujarnya.

Salah satu tokoh kesenian Dusun Tingal Kulon, Desa Wanurejo, Eko Sunyoto, mengatakan perwakilan masyarakat dusunnya dalam kirab tersebut membawa properti ogoh-ogoh "Airavata" berupa gajah berkepala tiga, dengan iringan tabuhan gamelan.

"`Airavata` wahana Dewa Indra yang bertugas menjaga alam semesta, yang pada akhirnya semua menyatu dalam kosmos yang sama, bumi yang sama, dan semesta yang sama dengan nama `Manunggal Jati`," ujar Eko yang juga penari itu.

Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024