Lumaras Budaya Sajikan Pentas Kolosal "Kidung Nusantoro"
Senin, 21 Agustus 2017 14:37 WIB
Pementasan kolosal ratusan seniman Desa Petung, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang dengan sutradara Timbul Darmaputra itu, berlangsung dengan meriah di halaman tengah SMP Negeri 2 Pakis, di Magelang, Senin, antara lain dihadiri Bupati Magelang Zaenal Arifin.
"Masih dalam rangka peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI di desa kami, kami menyajikan karya kolosal ini, supaya nilai-nilai kepahlawanan bisa diserap oleh masyarakat," kata Timbul yang juga pimpinan Sanggar Lumaras Budaya di sela pementasan tersebut.
Karya drama tari kolosal "Kidung Nusantoro" (Tembang Nusantara) tersebut bercerita tentang pencarian lokasi yang tepat bagi pasukan Pangeran Diponegoro untuk geladi perang guna menghadapi penjajahan Belanda.
Pertunjukkan tersebug mengisahkan tentang tiga senopati Pangeran Diponegoro, masing-masing diperankan oleh Jito yang berperan sebagai Kiai Gupito), Sukardi, dan Pamuji.
Di bawah kepemimpinan tertinggi Pangeran Diponegoro, mereka memimpin pasukan untuk latihan perang dan mengatur strategi perang menghadapi penjajahan, sedangkan Pangeran Diponegoro (Sudi, Kepala Desa Petung) dikisahkan mengobarkan semangat prajurit untuk berlatih dan berjuang melawan penjajahan.
Ratusan seniman tarian tradisional yang antara lain Jatilan, Grasak, Warok, Topeng Ireng, dan personel bergada juga melakukan kirab dari depan Balai Desa Petung menuju halaman gedung sekolah tersebut dipimpin Kades Petung Sudi.
Dalam acara itu, Kades Sudi berpakaian dan iket warna putih menunggang kuda putih, memerankan Pangeran Diponegoro. Warga setempat ikut dalam kirab secara meriah itu.
Sudi juga bertindak sebagai inspektur upacara peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI dengan komandan upacara Kepala Desa Petung Agus Priyono dan peserta upacara para anggota berbagai kelompok kesenian serta ratusan pelajar setempat .
Upacara dikemas dalam bahasa Jawa, yang antara lain ditandai dengan penghormatan kepada bendera Merah Putih, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan pembacaan Pancasila.
Seorang sesepuh masyarakat setempat, Subardi, dengan bahasa Jawa menceritakan secara singkat tentang sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro dengan prajuritnya dalam melawan penjajahan (1825-1830).
"Pangeran Diponegoro membela Ibu Pertiwi, melawan penjajah karena merampas hak rakyat Indonesia, merendahkan kehormatan bangsa. Diponegoro pahlawan sejati, pemimpin terpuji, kita generasi bangsa wajib menjunjung jasa-jasanya," ujarnya.
Bupati Zaenal Arifin yang hadir dengan mengenakan pakaian adat Jawa, mengatakan peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI sebagai momentum untuk menghormati perjuangan dan pengorbanan jiwa raga para pahlawan bangsa.
Masyarakat, ujarnya, wajib memiliki sikap bangga dan bersyukur karena jasa-jasa para pahlawan sehingga Indonesia hidup dalam kemerdekaan.
"Kita isi kemerdekaan dengan bekerja keras, bersatu membangun desa dengan semangat gotong royong, menjaga toleransi dan kerukunan. `Kidung Nusantoro` mengingatkan kita semua untuk menjaga NKRI, semua masyarakat harus memiliki kewajiban untuk bersatu," katanya.
Berbagai pementasan kesenian tradisional kemudian disajikan kepada masyarakat setempat di panggung yang didirikan di depan Balai Desa Petung, termasuk pementasan ketoprak oleh lima grup dari Dusun Petung, Daleman Kidul, Bayusidi, Pogalan, dan Ketundan.
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2025