Logo Header Antaranews Jateng

Gusdurian: Politik Alat Wujudkan Kemanusiaan

Kamis, 21 September 2017 08:14 WIB
Image Print
Ketua Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid (kiri) berbicara pada Sarasehan Kebangsaan bertema "Sembilan Pemikiran Gus Dur" di Gedung Pelayanan Pastoral, Kompleks Gereja Santo Ignatius Kota Magelang, Rabu (20/9). Foto: ANTARAJATENG.COM/Hari Atmok
Magelang, ANTARA JATENG - Ketua Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Qotrunnada Munawaroh mengemukakan pesan ayahnya yang Presiden Ke-4 Republik Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa politik bukan alat mencapai kekuasaan melainkan untuk mewujudkan martabat kemanusiaan.

"Politik itu alat untuk mewujudkan martabat kemanusiaan, bukan politik untuk kekuasaan," katanya di Magelang, Rabu.

Allisa mengemukakan hal itu pada Sarasehan Kebangsaan (Kolasi Kevikepan Kedu) dengan tema "Sembilan Pemikiran Gus Dur" di Gedung Pelayanan Pastoral, Kompleks Gereja Santo Ignatius Kota Magelang, Jawa Tengah, yang dihadiri para imam dan pengurus dewan paroki se-Kevikepan Kedu yang meliputi Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kota Magelang.

Oleh karena nilai-nilai perjuangan Gus Dur untuk mengangkat martabat kemanusiaan, ujarnya, maka makamnya bertuliskan tentang identitas perjuangannya tersebut.

"Di makamnya dipasang tulisan `Di sini terbaring pejuang kemanusiaan`. Seminggu lalu kami buka nisannya bertuliskan seperti itu dalam empat bahasa, termasuk bahasa China," ujarnya.

Ia menyebut sembilan pemikiran Gus Dur itu, yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, persaudaraan, kesederhanaan, kekesatriaan, dan kearifan tradisi.

Allisa Wahid mengemukakan bahwa kekuasaan menjadi jebakan bagi seorang pemimpin.

"Akan tetapi bagi Gus Dur kekuasaan demi kemanusiaan. Ketika Gus Dur harus mundur dari jabatan sebagai presiden, diputuskan Gus Dur karena tidak ada kekuasaan yang layak dipertahankan dengan pertumpahan darah rakyat," tuturnya.

Pada kesempatan itu, Allisa yang putri sulung Gus Dur tersebut menceritakan saat-saat ayahnya memutuskan mengundurkan diri dari jabatan sebagai Presiden. Gus Dur menjabat sebagai Presiden Ke-4 RI selama sekitar 21 bulan.

Ia juga mengemukakan bahwa nilai-nilai keadilan dan kesetaraan yang diperjuangkan Gus Dur tidak lepas kaitannya dengan upaya mengangkat martabat kemanusiaan.

"Untuk semua yang lemah, Gus Dur tidak ragu-ragu membelanya. Bahkan yang salah dibela lemahnya dulu, lalu salahnya dikoreksi. Keadilan, kesetaraan, dan kebebasan menjadi kunci," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa Gus Dur bukan membela minoritas, akan tetapi menegakkan keadilan.

"Gus Dur tidak pernah membela minoritas, tetapi Gus Dur menegakkan keadilan. Minoritas cenderung lemah maka orientasinya keadilan ditegakkan supaya minorintas mendapat kesetaraan," ujarnya dalam sarasehan yang dipandu aktivitas Gereja Katolik Kevikepan Kedu Agung Pramudianto itu.

Ia juga mengatakan tentang betapa sulitnya membangun persaudaraan antarwarga bangsa.

Pada kesempatan itu, ia menyebut persaudaraan sejati antara Gus Dur dengan Romo Mangunwijaya.

Ia mengemukakan persaudaraan antarmasyarakat Indonesia yang masih periferi, perlu terus dikembangkan sehingga menjadi persaudaraan sejati.

"Persaudaraan bagi Gus Dur tidak hanya di permukaan, persaudaraan masyarakat Indonesia masih periferi, perlu menjadikan persaudaraan sejati," katanya.



Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024