Logo Header Antaranews Jateng

Ini Cara Nelayan Cilacap Ungkapkan Wujud Syukur (VIDEO)

Jumat, 6 Oktober 2017 13:52 WIB
Image Print
"Jolen" berisi sesaji dinaikkan ke atas perahu untuk dibawa menuju Pulau Majeti di sebelah selatan Pulau Nusakambangan, Cilacap, dalam rangkaian prosesi sedekah laut, Jumat (6/10/2017). (Foto: ANTARAJATENG.COM/Sumarwoto)
Cilacap, 6/10 (Antara) - Prosesi sedekah laut merupakan wujud syukur nelayan kepada Tuhan atas limpahan rahmat berupa hasil tangkapan ikan yang melimpah, kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono.

"Sedekah laut dan larung `jolen` (tempat sesaji, red.) sesaji, alhamdulillah tahun ini lebih meriah dan nelayan mendapat rezeki yang banyak, hasil tangkapannya," katanya di sela kegiatan sedekah laut yang digelar di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat.

Ia mengatakan kegiatan tersebut dapat digelar berkat kerja sama kelompok-kelompok nelayan dan Pemerintah Kabupaten Cilacap serta institusi lainnya.

Selain sebagai wujud syukur nelayan, dia mengharapkan kegiatan tersebut dapat mendukung upaya Pemkab Cilacap dalam meningkatkan kunjungan wisatawan khususnya ke Pantai Teluk Penyu.

Sarjono mengakui sekarang nelayan Cilacap sedang berada pada masa panen ikan.

"Alhamdulillah berbagai jenis ikan banyak bermunculan di laut, sehingga nelayan bisa menikmati hasil tangkapan yang cukup banyak. Oleh karena itu, kami menggelar sedekah laut ini sebagai wujud syukur kepada Tuhan," tegasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Cilacap Murniyah mengatakan sedekah laut merupakan tradisi nelayan yang digelar setiap tahun.

Menurut dia, sedekah laut merupakan salah satu kegiatan besar di Kabupaten itu.

"Kami ingin melestarikan tradisi ini. Kami juga ingin mengungkit kunjungan wisatawan dari berbagai daerah," katanya.

Kegiatan sedekah laut merupakan tradisi tahunan yang sudah berlangsung sejak zaman pemerintahan Adipati Cakrawerdaya III pada 1817.

Namun, tradisi tersebut sempat terhenti dan dihidupkan kembali semasa Bupati Poedjono Pranjoto pada 1982 hingga sekarang.



Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024