14 Tahun Vakum, Sutradara Senior Adisurya Abdy Garap Film Sejarah
Jakarta, ANTARA JATENG - Setelah hampir 14 tahun tidak menghasilkan
karya film, sutradara senior Adisurya Abdy tahun ini menggarap film
sejarah dengan pendekatan kekinian agar dapat diterima oleh generasi
muda.
Ditemui di sela-sela pengambilan gambar Film "Stadhuis
Schandaal" di Jakarta, Sabtu, dia mengatakan, industri film di tanah air
banyak mengangkat cerita-cerita sejarah sebagai film layar lebar, namun
karena penggarapannya jauh dari menghibur sehingga tak diminati
penonton.
"Kelemahan film kita adalah mengangkat kisah nyata
sejarah tapi tidak dalam format kekinian. Maksudnya adalah sejarah yang
mengangkat intelektual, pengetahuan tapi dalam format hiburan dan pop,"
kata Adisurya.
Menurut Adisurya, para pelaku industri perfilman,
termasuk sutradara, tidak bisa menghindari hal itu karena penonton film
di tanah air rata-rata dari kalangan berusia 12-27 tahun.
"Kalau
kita bicara sejarah yang umurnya lebih tua dari kita, maka mereka tidak
paham. Filmlah yang memiliki ruang untuk memberi tahu mereka, apa dan
siapa yang pernah terjadi di negeri ini. Caranya ikuti selera mereka.
Jaman `now` ini kan susah," kata pria kelahiran 29 Agustus 1956 itu.
Oleh
karena itu, melalui Film "Stadhuis Schandaal" Adisurya ingin menawarkan
sesuatu yang berbeda, dari tema-tema film yang dipenuhi horor yakni
cerita sejarah namun masih dalam koridor yang tetap kekinian atau pop.
"Stadhuis
Schandal" mengisahkan tentang Fei (diperankan Amanda Rigbi) , seorang
mahasiswi Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang sedang mengerjakan
tugas kampus mengenai The Old Batavia.
Saat mencari bahan dan
riset tentang itu di Kota Tua Jakarta, dia merasa diperhatikann oleh
seorang gadis keturunan Belanda ? Jepang yang kemudian dikenal sebagai
Saartje Specx atau dipanggil Sarah (Tara Adia).
Sosok Sarah
kemudian menghilang dari pandangan Fei saat dering telepon membuyarkan
perhatiannya akan sosok Sarah itu. Pertemuan Fei dengan Sarah membuat
dia tidak dapat menghilangkan pertanyaan dalam pikirannya siapa sosok
wanita yang memperhatikannya di Museum Fatahillah yang dulu bernama
Stadhuis itu.
Ada dua kurun waktu yang akan ditampilkan dalam
film terbaru karya Adisurya Abdy ini, yakni setting jaman kolonial dan
kekinian (modern).
Tidak hanya menyutradari, Adi Surya juga
menulis skenario film yang mengambil lokasi pengambilan gambar di
Jakarta, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dan Shanghai Tiongkok itu.
Mantan
suami aktris Meriam Bellina itu menuturkan film yang rencananya diputar
di bioskup tanah air pada tahun 2018 itu menghabiskan biaya produksi
sekitar Rp6,5 miliar di luar biaya promosi.
Menanggapi
kemungkinan "Stadhuis Schandaal" bernasib sama seperti film-film sejarah
yang kurang diminati penonton, Kepala Sinematek Indonesia periode
2013-2016 itu mengatakan hal itu bukanlah sesuatu yang utama baginya.
"Buat
saya nggak penting, yang pentig film ini jadi orang melihat mengetahui
maksud dan tujuan kita. Yang pentig anak `jaman now` bisa bilang film
ini `wow keren,`",katanya.
Selain Tara Adia dan Amanda Rigbi,
sejumlah pemain lain yang terlibat dalam film tersebut yakni Michale Lee
(Pieter Cortenhoff), Rensi Millano (Samina), Volland Humonggo (Danny
Wong), George M Taka (JP Coen), Roweina Umboh (Eva Mert), Iwan Burnani
(Jaques Spech) dan Septian Dwicahyo (Hans).
Sejumlah film yang
telah dihasilkan dari tangan Adisurya Abdy antara lain Bangku Kosong
(2006) Asmara (1992) Bidadari Berambut Emas.(Editor : Jafar M Sidik).
Pewarta : Subagyo
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024