Logo Header Antaranews Jateng

BBB tayangkan empat film adaptasi karya sastra

Jumat, 19 Januari 2018 11:40 WIB
Image Print
Seniman Sha Ine Febriyanti memainkan lakon monolog berjudul Wakil Rakyat yang Terhormat di Bentara Budaya Bali, Rabu (12/11). Pentas dua monolog diambil dari buku Monolog Politik karya Putu Fajar Arcana yang berisi kumpulan monolog tentang kasus Korupsi di Indonesia. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Denpasar (Antaranews Jateng) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menayangkan empat film adaptasi karya sastra lintas bangsa termasuk Indonesia pada 20-21 Januari 2018.

Film tersebut mengusung tema "Cerita Sastra Dalam Film Kita", dengan konsep misbar (gerimis bubar), seperti menonton ala tahun 80-an, kata Asisten program Sinema Bentara, Vanesa Martida di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, film-film tersebut ditayangkan mulai pukul 18.00 waktu setempat itu antara lain berjudul "Salah Asuhan" (Indonesia, 1972, durasi 98 menit, Sutradara Asrul Sani), Madre (Indonesia, 2013, durasi 103 menit, sutradara: Benni Setiawan), Balyakalasakhi (India, 2014, durasi: 120 menit, sutradara Pramod Payyanur) dan Miracle In Milan (Italia, 1951, durasi 100 menit, sutradara Vittorio de Sica).

Film-film unggulan, peraih berbagai penghargaan internasional atau nasional, itu berangkat dari karya sastra seperti novel, roman sejarah dan puisi. Upaya alih kreasi atau alih media tersebut untuk memperkaya dan melahirkan beragam kolaborasi dengan capaian-capaian serta gagasan kreatif yang tidak terduga.

Menurut Vanesa Martida misalnya film "Dead Poet Society" karya sutradara Peter Weir (1989), dibintangi oleh aktor peraih Oscar Robin Williams, Total Eclipse (Agniezka Holland, 1995) tentang kehidupan penyair ternama Perancis, Arthuir Rimbaud yang fenomenal.

Selain itu, karya-karya klasik Indonesia juga tidak luput dari adaptasi susastra, seperti Siti Nurbaya (Marah Rusli), dan yang terkini yakni Laskar Pelangi (Andrea Hidata), Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy), hingga Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari).

"Sinema Bentara kali ini selaras dengan tema utama Bentara Budaya 2018 yang mencoba mengedepankan hasil-hasil kreasi buah kolaborasi lintas batas (lintas bidang dan media)," ujar Vanesa Martida.

Program tersebut didukung oleh Sinematek Indonesia, Bioskop Keliling BPNB Bali Wilayah Kerja Bali, NTB, NTT, Indian Cultural Centre Bali, dan Konsulat Jendral India di Denpasar dan Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, serta Udayana Science Club.

Memaknai pemutaran film kali ini, juga digelar diskusi Sinema Bentara bersama Silvia Damayanti, S.S, M.Hum (pengajar Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana dengan fokus kajian S2 Linguistik dan Wacana Sastra). (Editor : AA Ariwibowo).





Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024