Almarhum Pramoedya Ananta Toer terkenal tidak akur dengan pemerintahan
Selasa, 6 Februari 2018 15:42 WIB
Novelis tersebut menyuarakan kritiknya terhadap pemerintah melalui tulisan dan buku-bukunya.
Ia terkenal tidak akur dengan pemerintahan, selepas gejolak politik tahun 1965 ia ditangkap, ditahan lalu diasingkan ke Pulau Buru di Kepulauan Maluku. Sejak saat itu, buku karya Pram tidak boleh beredar,
Setelah tahun 2000an, publik baru bisa mengenal kembali tulisan-tulisannya. Sebelum itu, membaca karya Pram harus sembunyi-sembunyi.
Selama di pengasingan ia tidak boleh menulis, pensil pun tidak boleh dimilikinya. Namun, ia menceritakan kisah yang ingin ditulisnya ke narapidana lain.
Pengasingan di Pulau Buru akhirnya menghasilkan bukunya yang paling terkenal, lazim disebut Tetralogi Pulau Buru, terdiri atas Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.
Secara bertahap, buku itu terbit dalam rentang waktu 1980-1988, meski pun saat itu karyanya masih dilarang beredar.
Pram bebas dari Buru pada 1979, menurut informasi yang dihimpun, ia cukup lama tinggal di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur.
Belakangan, ia pindah ke Bojonggede, Bogor, Jawa Barat hingga tutup usia pada 30 April 2006, dalam usia 81. (Editor : Fitri Supratiwi).
Pewarta : Natisha Andarningtyas
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024