GP Ansor: Jangan buru-buru hakimi Sukmawati
Rabu, 4 April 2018 13:17 WIB
"Puisi Ibu Sukmawati memang kontroversial. Apalagi di tengah masyarakat yang sedang mengalami gairah Islamisme demikian kuat. Saya menduga, Sukmawati hanya ingin mengatakan bahwa kita berindonesia itu harus utuh, tidak mempertentangkan antara agama dengan kebudayaan," ujar Yaqut dalam siaran pers yang diterima di Semarang, Selasa.
Menurut dia, karena keterbatasan pengetahuannya tentang syariat Islam, seperti diakui sendiri dalam puisinya, maka pilihan diksi bahasanya juga terdengar tidak tepat.
"Menggunakan azan sebagai pembanding langgam kidung tentu bukan pilihan diksi yang baik," jelas Gus Yakut, demikian dia biasa disapa.
Ia minta Sukmawati menjelaskan apa yang sebenarnya dimaksudkan dari puisi yang dia tulis dan bacakan. "Hal ini lebih bijak daripada tiba-tiba melaporkan ke polisi, seolah-olah merasa paling tersakiti atau merasa mewakili umat Islam secara keseluruhan," lanjutnya.
Ia menjelaskan GP Ansor menganut prinsip yang diajarkan para kiai untuk tasamuh (toleran) dan tawazun (berimbang). Dengan demikian, ujarnya, tidak menghakimi dengan cara pandang sendiri yang belum tentu benar juga.
"Saya berharap, jika memang puisi Sukmawati dianggap keliru, para kiai turun tangan, panggil Sukmawati, nasihati dan berikan bimbingan. Bukan buru-buru melaporkan ke polisi. Langkah ini menurut hemat GP Ansor akan lebih bijaksana dan efektif meredam kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu," demikian Yaqut.
Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024