Drama Dul Muluk memeriahkan hari tari sedunia
Senin, 16 April 2018 11:39 WIB
Muntok (Antaranews Jateng) - Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyiapkan pementasan drama tradisional "dul muluk" untuk memeriahkan peringatan hari tari sedunia pada Minggu (29/4).
"Pementasan kesenian ini kami harapkan bisa ikut memeriahkan peringatan hari tari sekaligus mengenalkan kembali kepada masyarakat seni tradisional yang dahulu pernah mengalami masa kejayaan," kata Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat, Nurkholis Dwianto di Muntok, Senin.
Berbagai persiapan sedang dilaksanakan untuk menyukseskan pertunjukan, mulai dari materi cerita, penampil, pengiring musik, perlengkapan, busana, hingga tata panggung.
"Persiapan terus kami matangkan agar pementasan yang rencananya akan digelar di komplek Museum Timah Indonesia Muntok berjalan dengan baik dan memberi warna tersendiri dalam rangkaian kegiatan tersebut," katanya.
Pementasan drama tradisional menggunakan bahasa Melayu dul muluk serupa dengan lenong dari masyarakat Betawi, akting panggung dibawakan secara spontan dan menghibur.
Dalam babak pementasan, para penonton bisa membalas percakapan yang sedang dibawakan para pemain di atas panggung dengan memakai bahasa keseharian.
Beberapa puluh tahun lalu kesenian Dul muluk lazim dipentaskan pada acara pesta pernikahan dengan durasi cukup lama, bahkan bisa sampai semalam suntuk.
"Pada pementasan kali ini kami hanya akan menampilkan sepenggal babak agar mudah tersampaikan pesan ceritanya," kata dia.
Ia mengharapkan upaya pelestarian budaya lokal itu masyarakat khususnya generasi muda mengenal kembali seni tradisional yang dahulu pernah mengalami masa kejayaan di wilayah Sumatera bagian selatan.
Rangkaian peringatan hari tari sedunia di Kabupaten Bangka Barat akan dilaksanakan di halaman Museum Timah Indonesia Muntok pada Minggu (29/4) diisi dengan penampilan tari campak massal oleh anak-anak sekolah dasar, musik, tari tradisional, dul muluk dan lainnya.
Rangkaian kegiatan tersebut merupakan bentuk keseriusan Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat untuk melestarikan kesenian lokal sekaligus memberikan ruang kreatif bagi para pelaku seni. (Editor : AA Ariwibowo).
Baca juga: MPR sosialisasikan empat pilar via pementasan Dul Muluk
"Pementasan kesenian ini kami harapkan bisa ikut memeriahkan peringatan hari tari sekaligus mengenalkan kembali kepada masyarakat seni tradisional yang dahulu pernah mengalami masa kejayaan," kata Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat, Nurkholis Dwianto di Muntok, Senin.
Berbagai persiapan sedang dilaksanakan untuk menyukseskan pertunjukan, mulai dari materi cerita, penampil, pengiring musik, perlengkapan, busana, hingga tata panggung.
"Persiapan terus kami matangkan agar pementasan yang rencananya akan digelar di komplek Museum Timah Indonesia Muntok berjalan dengan baik dan memberi warna tersendiri dalam rangkaian kegiatan tersebut," katanya.
Pementasan drama tradisional menggunakan bahasa Melayu dul muluk serupa dengan lenong dari masyarakat Betawi, akting panggung dibawakan secara spontan dan menghibur.
Dalam babak pementasan, para penonton bisa membalas percakapan yang sedang dibawakan para pemain di atas panggung dengan memakai bahasa keseharian.
Beberapa puluh tahun lalu kesenian Dul muluk lazim dipentaskan pada acara pesta pernikahan dengan durasi cukup lama, bahkan bisa sampai semalam suntuk.
"Pada pementasan kali ini kami hanya akan menampilkan sepenggal babak agar mudah tersampaikan pesan ceritanya," kata dia.
Ia mengharapkan upaya pelestarian budaya lokal itu masyarakat khususnya generasi muda mengenal kembali seni tradisional yang dahulu pernah mengalami masa kejayaan di wilayah Sumatera bagian selatan.
Rangkaian peringatan hari tari sedunia di Kabupaten Bangka Barat akan dilaksanakan di halaman Museum Timah Indonesia Muntok pada Minggu (29/4) diisi dengan penampilan tari campak massal oleh anak-anak sekolah dasar, musik, tari tradisional, dul muluk dan lainnya.
Rangkaian kegiatan tersebut merupakan bentuk keseriusan Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat untuk melestarikan kesenian lokal sekaligus memberikan ruang kreatif bagi para pelaku seni. (Editor : AA Ariwibowo).
Baca juga: MPR sosialisasikan empat pilar via pementasan Dul Muluk
Pewarta : Donatus Dasapurna Putranta
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024