Darul Arqom amati Dita berwatak keras
Senin, 14 Mei 2018 20:34 WIB
"Sebenarnya, selama Dita menempuh pendidikan di sini, kami mengamatinya biasa-biasa saja, sebagaimana santriwati lainnya," kata Wakil Pimpinan Bidang Akademik Ponpes Darul Arqom Abdul Kholiq, di Kabupaten Kendal, Senin malam.
Dita Siska Millenia, salah satu alumnus Ponpes Darul Arqom merupakan salah satu dari dua perempuan muda yang diduga akan melakukan aksi penusukan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, beberapa waktu lalu.
Ustaz Dul, sapaan akrab Abdul Kholiq mengungkapkan keseharian Dita selama menjalani pendidikan di ponpes tersebut wajar, baik dalam sikap maupun penampilan, tetapi wataknya memang cukup keras.
"Artinya, kalau sudah punya pendirian memang agak keras. Tetapi, selama ini kami para ustaz dan ustazah di sini tidak memiliki firasat atau dugaan Dita akan sampai terlibat, apalagi melakukan tindakan seperti itu," katanya.
Ia melanjutkan Dita sebenarnya sudah lulus pada 2017 lalu, tetapi sebagaimana santri dan santriwati Ponpes Darul Arqom yang lainnya harus menjalani masa pengabdian selama satu tahun di ponpes lain.
Kebetulan, kata dia, Dita bersama salah satu alumnus lainnya yang bernama Nugraheni mendapatkan tempat pengabdian di Ponpes Darul Ulum, Majenang, dan setiap tiga bulan sekali pihaknya melakukan pembinaan.
Menurut dia, masa pembinaan yang dilakukan alumni Ponpes Darul Arqom Kendal di Ponpes Darul Ulum Majenang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir, dan tahun ketiga ini dilakukan dua alumni putri, salah satunya Dita.
"Sampai masa pembinaan yang berlangsung beberapa kali, kami belum ada menaruh dugaan atau kecurigaan terhadap Dita, apalagi sikapnya juga masih wajar. Tetapi, sejak dua bulan terakhir penampilannya berubah," katanya.
Dicontohkan Ustaz Dul, Dita mulai menggunakan cadar, padahal sebelumnya tidak pernah menggunakannya, tetapi sampai saat itu pun pihaknya juga belum menaruh kecurigaan karena perilakunya juga tidak berubah.
"Sampai akhirnya kami mendengar Dita dalam pemberitaan itu. Kami kemudian kroscek ke Nugraheni, alumnus sini yang sama-sama pengabdian di situ (Ponpes Darul Ulum, red.), ternyata Dita akhir-akhir ini kerap menangis," katanya.
Dari pengakuan kawannya itu, kata dia, Dita kerap menerima telepon sembari menangis dan beberapa kali bilang mau berangkat ke Bogor, tetapi tidak jelas ke mana dan apa tujuannya karena pribadinya agak tertutup.
"Pihak Ponpes Darul Ulum juga tidak tahu kalau kemudian Dita pergi karena memang tanpa izin. Sebenarnya, membawa telepon seluler pintar (smartphone) di ponpes itu dilarang. Ternyata, Dita diam-diam membawanya," katanya.
Bahkan, Ustaz Dul mengatakan orang tua Dita yang tinggal di Dusun Jambon, Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jateng, pun, ternyata tidak dimintai izin oleh Dita sampai kemudian terjadi peristiwa tersebut.
Dita bersama Siska Nur Azizah, warga Kampung Legok 1, Indragiri, Panawangan, Ciamis, Jawa Barat diamankan ketika akan melakukan aksi tersebut dan dari keduanya disita barang bukti berupa dua buah KTP, dua unit ponsel, dan satu buah gunting.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024