120 seniman penyusun GWK dianugerahi "Swadharma Ning Pertiwi"
Minggu, 5 Agustus 2018 10:33 WIB
Badung (Antaranews Jateng) - Sebanyak 120 seniman yang selama ini menyusun dan merampungkan pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) dianugerahi penghargaan yang diwujudkan dalam pagelaran bertajuk "Swadharma Ning Pertiwi".
Seniman penggagas dan pembuat Garuda Wisnu Kencana, Nyoman Nuarta, di Bali, Sabtu malam, mengatakan "Swadharma Ning Pertiwi" dipresentasikan di pelataran festival GWK dengan melibatkan para seniman di berbagai bidang.
Para seniman membawakan repertoar tentang ke-Indonesiaan yang beragam suku, agama, etnik, bahasa, dan kebudayaan yang dipersatukan oleh motto Bhinneka Tunggal Ika yang masih lestari hingga kini.
"Inti dari seluruh perhelatan ini adalah untuk memberikan penghargaan kepada 120 seniman yang selama ini tekun, sabar, dan bekerja keras menyusun patung GWK dari hari ke hari. Sebagian besar dari mereka telah bekerja selama 28 tahun," katanya.
Mereka setidaknya telah mengerjakan keping-keping tubuh patung yang jumlahnya mencapai 300 truk.
Keping-keping patung di Bandung kemudian dikirim dengan truk ke bengkel kerja di dekat patung GWK yang berlokasi di Ungasan, Bali.
"Mereka pula yang mengusun keping-keping itu di Bali sampai kemudian siap dinaikkan ke atas pedestalan patung," katanya.
Menurut Nyoman, mengangkat keping-keping patung yang beratnya mencapai 3 ton perkeping itu bukan perkara mudah.
Apalagi dalam proses pengangkatan dan pemasangannya yang hanya menggunakan alat crane, bukan steiger.
"Cara seperti ini membuat para pekerja harus berani bergelantungan di atas ketinggian ratusan meter dari permukaan tanah," katanya.
Oleh sebab itulah, Nyoman Nuarta sebagai penggagas dan pembuat GWK berupaya memberikan penghargaan kepada para pekerja yang telah bersama-sama mewujudkan mimpi menjadikan GWK selesai terbangun sehingga diharapkan bisa menjadi landmark baru dunia kebudayaan dan pariwisata Indonesia.
Tercatat pembangunan GWK memakan waktu selama 28 tahun hingga pada 31 Juli 2018 berhasil dilakukan pemasangan modul terakhir untuk menggenapi jumlah modul menjadi 754.
Modul terakhir itu berupa kepingan tembaga kuningan pada bagian tertinggi dari ekor garuda.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana dalam acara Soft Opening Syukuran Rangkaian Kegiatan Peresmian GWK di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Ungasan, Bali, Sabtu malam mengatakan, GWK menjadi salah satu bentuk pengayaan produk pariwisata di Bali bahkan Indonesia.
Oleh karena itu, pihaknya berharap patung yang terselesaikan pembangunannya dalam waktu 28 tahun itu akan menjadi salah satu landmark/icon baru bagi Bali.
"Artinya, Bali bukan saja mengandalkan pariwisata berbasis alam dan berbasis budaya, melainkan juga pariwisata berbasis pada kreativitas manusianya," katanya.
Pihaknya segera menggandeng pengelola GWK untuk mempromosikan ikon baru tersebut sebagai salah satu daya tarik pariwisata khususnya bagi wisatawan mancanegara (wisman). (Editor : Ruslan Burhani).
Seniman penggagas dan pembuat Garuda Wisnu Kencana, Nyoman Nuarta, di Bali, Sabtu malam, mengatakan "Swadharma Ning Pertiwi" dipresentasikan di pelataran festival GWK dengan melibatkan para seniman di berbagai bidang.
Para seniman membawakan repertoar tentang ke-Indonesiaan yang beragam suku, agama, etnik, bahasa, dan kebudayaan yang dipersatukan oleh motto Bhinneka Tunggal Ika yang masih lestari hingga kini.
"Inti dari seluruh perhelatan ini adalah untuk memberikan penghargaan kepada 120 seniman yang selama ini tekun, sabar, dan bekerja keras menyusun patung GWK dari hari ke hari. Sebagian besar dari mereka telah bekerja selama 28 tahun," katanya.
Mereka setidaknya telah mengerjakan keping-keping tubuh patung yang jumlahnya mencapai 300 truk.
Keping-keping patung di Bandung kemudian dikirim dengan truk ke bengkel kerja di dekat patung GWK yang berlokasi di Ungasan, Bali.
"Mereka pula yang mengusun keping-keping itu di Bali sampai kemudian siap dinaikkan ke atas pedestalan patung," katanya.
Menurut Nyoman, mengangkat keping-keping patung yang beratnya mencapai 3 ton perkeping itu bukan perkara mudah.
Apalagi dalam proses pengangkatan dan pemasangannya yang hanya menggunakan alat crane, bukan steiger.
"Cara seperti ini membuat para pekerja harus berani bergelantungan di atas ketinggian ratusan meter dari permukaan tanah," katanya.
Oleh sebab itulah, Nyoman Nuarta sebagai penggagas dan pembuat GWK berupaya memberikan penghargaan kepada para pekerja yang telah bersama-sama mewujudkan mimpi menjadikan GWK selesai terbangun sehingga diharapkan bisa menjadi landmark baru dunia kebudayaan dan pariwisata Indonesia.
Tercatat pembangunan GWK memakan waktu selama 28 tahun hingga pada 31 Juli 2018 berhasil dilakukan pemasangan modul terakhir untuk menggenapi jumlah modul menjadi 754.
Modul terakhir itu berupa kepingan tembaga kuningan pada bagian tertinggi dari ekor garuda.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana dalam acara Soft Opening Syukuran Rangkaian Kegiatan Peresmian GWK di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Ungasan, Bali, Sabtu malam mengatakan, GWK menjadi salah satu bentuk pengayaan produk pariwisata di Bali bahkan Indonesia.
Oleh karena itu, pihaknya berharap patung yang terselesaikan pembangunannya dalam waktu 28 tahun itu akan menjadi salah satu landmark/icon baru bagi Bali.
"Artinya, Bali bukan saja mengandalkan pariwisata berbasis alam dan berbasis budaya, melainkan juga pariwisata berbasis pada kreativitas manusianya," katanya.
Pihaknya segera menggandeng pengelola GWK untuk mempromosikan ikon baru tersebut sebagai salah satu daya tarik pariwisata khususnya bagi wisatawan mancanegara (wisman). (Editor : Ruslan Burhani).
Pewarta : Hanni Sofia
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024