Logo Header Antaranews Jateng

Pakar: Perlu Kembangkan Kesadaran Junjung Bahasa Persatuan

Senin, 8 Oktober 2018 07:11 WIB
Image Print
Guru Besar Bidang Sosiolingustik Fakultas Bahasa dan Seni Unnes Fathur Rokhman. (Foto: Dok. pribadi.)
Bahasa Indonesia jurnalistik tetap menggunakan tata bahasa Indonesia baku.
Semarang (Antaranews) - Guru Besar Bidang Sosiolingustik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) Fathur Rokhman memandang perlu mengembangkan kesadaran menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,  pada setiap masyarakat,  terutama kaum terdidik, termasuk insan jurnalistik.

"Ketaatan kita dalam berbahasa Indonesia merupakan sikap menjunjung bahasa,"  kata Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum. menjawab pertanyaan Antara di Semarang, Senin pagi.

Oleh karena itu, kata Fathur Rokhman, pembinaan kesadaran berbahasa Indonesia yang benar dan baik terus dikembangkan melalui jalur pendidikan dan media massa.

Menyinggung soal bahasa Indonesia jurnalistik apakah harus mematuhi gramatika, dia menegaskan bahwa bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa di antara berbagai ragam bahasa Indonesia.

"Adapun kaidahnya, tetap tata bahasa Indonesia baku. Perbedaannya dengan ragam bahasa lainnya, pada laras dan pilihan kosakata yang digunakan," kata Fathur Rokhman yang juga Rektor Unnes.

Dalam kalimat berita masih ada insan pers memisahkan unsur predikat (P) dan objek (O) dengan tanda koma, Fathur menjawab, "Ini menyangkut kesadaran dan literasi berbahasa Indonesia para insan media."

Ketika merespons nama jabatan yang menggunakan istilah asing, misalnya Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Fathur mengatakan bahwa penggunaan istilah asing dalam berkomunikasi tidak dapat terhindarkan. Hal ini merupakan unsur serapan dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia, menurut dia, memiliki keterbukaan/elastis terhadap istilah asing yang belum ada padanannya. Tentunya ini bergayut dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni atau globalisai dunia.

"Istilah-istilah asing yang digunakan itu dari perspektif sosiolingustik (termasuk secara politik bahasa) masyarakat Indonesia juga dapat beradapsi dengan cepat dengan dinamika internasional," katanya.

Kendati demikian, kata Fathur, unsur/istilah serapan dari bahasa asing itu tentu tidak serta-merta, tetapi melalui proses petunjuk istilah/kosakata serapan yang ditetapkan oleh Badan Bahasa.

Rektor Unnes itu menyebut istilah asing, seperti manager (manajer), assistant (asisten),  rector (rektor), dozen (dosen), doctor (dokter), hecker (peretas), blogger (narablog), office boy  (pramukantor), guide (pramuwisata), call center (narahubung), stand up comedy (komedi tunggal), upload  (unggah), dan download (unduh).

Fathur lantas berseloroh, "Ini ada yang lucu Mas karena semangat keinggrisan dan rendahnya kesetiaan bahasa Indonesia. Net work operating sistem managament: jabatan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia: penjaga warnet... ha-ha-ha...."

Pewarta :
Editor: Kliwon
COPYRIGHT © ANTARA 2024