![Logo Header Antaranews Jateng](https://jateng.antaranews.co/img/logo-antarajateng.jpg)
Pekerja media dituntut adaptif sekaligus beretika gunakan AI
![Image Print](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/05/IMG_20250205_195524.jpg)
Semarang (ANTARA) - Bersamaan dengan semakin meluasnya penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di berbagai bidang, media beserta pekerjanya juga harus menyiasati secara bijaksana dan adaptif tanpa terninabobokan.
Seperti halnya dalam kehidupan, teknologi pun selalu berubah. Setiap masa ada teknologinya, setiap teknologi ada masanya. Tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri.
AI hanyalah bagian kecil teknologi dan bersifat terbatas atau limited, beda dengan akal manusia yang nyaris tak terbatas atau unlimited dan dianugerahi Tuhan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani yang terintegrasi.
Kehadiran AI pada era digital tak bisa ditolak, terutama bagi industri pers dan perguruan tinggi. Irisan peran kedua belah pihak ini sama, yaitu mendorong menjadi manusia unggul untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Oleh karena itu, media beserta pekerja di dalamnya dituntut adaptif terhadap AI, namun tetap mengedepankan data, akurasi, dan beretika.
Demikian benang merah Dialog Rektor bertajuk "Masa Depan Pers di Era AI'' memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2025 tingkat Jateng yang digelar di Auditorium Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Rabu (5/2).
Dialog Rektor sebagai pembuka rangkaian acara peringatan HPN 2025 Tingkat Jateng dan HUT Ke-79 PWI itu menghadirkan Rektor Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) Prof Dr Mudzakkir Ali MA, Rektor Universitas Semarang (USM) Dr Supari ST MT, Wakil Rektor III Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) M Qomaruddin PhD, Wakil Rektor Bidang Umum, Keuangan & SDM Universitas Dian Nuswantoro Semarang (Udinus) Dr Guruh Fajar Shidik SKom MCs, dan Wakil Rektor III Unimus Dr Eny Winaryati MPd.
Dosen Unimus Dr Muhammad Munsarif SKom MKom menjadi pemandu acara diskusi yang dihadiri Rektor Unimus Prof Dr Masrukhi MPd, para mahasiswa dari lima perguruan tinggi, Kadiskominfo Blora Pratikto Nugroho, Kabag Prokompim Budiman, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS bersama jajaran pengurus harian dan Ketua PWI Blora Heri Purnomo dengan jajaran.
Prof Mudzakkir Ali yang diberi kesempatan pertama, mengawali dialog dengan kalimat yang menggelitik, ''Kita ada dunia AI. Apakah adik-adik mahasiswa sudah membuka ChatGBT? Kalau sudah, ketik saja tema dialog kita hari ini, kan ketemu jawabannya. Dan saya akan bicara yang tak bisa dijawab oleh ChatGBT."
Pada bagian lain, Rektor USM, Dr Supari menekankan jika wartawan dan perguruan tinggi memiliki ikatan penting. Keduanya harus bekerja sama untuk menyiapkan generasi terbaik di masa mendatang. Termasuk dengan memanfaatkan AI.
"Kita semua mesti beradaptasi, justru kita ikut membangun AI supaya bisa lebih banyak membantu pers, membantu pendidikan tinggi, tujuannya sama-sama untuk Indonesia Emas,'' jelasnya.
Fakta dan etika
M Qomaruddin dari Unissula menjelaskan, AI sebenarnya bukan barang baru. Bagi media, AI akan memanjakan para wartawan, tapi di sisi lain menjadi penyampai yang tak sesuai fakta. Di sinilah perlunya media berorientasi pada fakta, kejujuran, dan etika.
''Revolusi industri yang keempat ini memang gaduh. AI sesungguhnya adalah tools atau alat yang membantu kita mengembangkan dunia jurnalistik lebih baik lagi, industri dan pendidikan lebih maju. Yang diwaspadai adalah dampaknya, karena cukup dengan mengetik kata kunci kita bisa terlena oleh ribuan informasi,'' bebernya.
Di bagian lain, Guruh Fajar Shidik dari Udinus memberikan gambaran tentang perjalanan kecerdasan mesin sejak 1950, 1960, 1990, 2010 hingga 2022 melalui komputasi yang mutakhir. Menurutnya, setiap masa ada teknologinya, dan setiap teknologi ada masanya.
''Hasilnya salah satunya ChatGBT. Anda bisa menggunakan Tiktok, YouTube, Tokopedia sudah ada profiling, klasifikasi yang Anda inginkan,'' katanya.
Eny Winaryati dari Unimus mengatakan, pers atau wartawan harus mampu beradaptasi dengan kemajuan AI. Meskipun demikian, ada tiga hal yang menjadi rambu-rambu yaitu pendengaran, penglihatan. dan hati nurani.
Perkuat Informasi
Sebelumnya, dalam sambutan selamat datang, Rektor Unimus Prof Masrukhi menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kampusnya untuk memeriahkan HPN lewat dialog rektor. Menurutnya seirama kemajuan teknologi, ada perubahan paradigma di perkuliahan. Dosen di era kini tak lagi menjadi sumber satu-satunya belajar.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2025/02/05/IMG_20250205_195539.jpg)
Sementara itu, Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Unimus, dan semua pihak yang memberikan dukungan atas terselenggaranya dialog ini.
Menurut Amir, setiap teknologi pasti memiliki sisi positif dan sisi negatif. Termasuk pemanfaatan AI dalam kerja-kerja jurnalistik.
Sisi positifnya, kata Amir, wartawan bisa memanfaatkan AI sebagai perangkat untuk memperkuat informasi-informasi yang akan disampaikan. Di sisi lain, AI juga bisa membawa dampak negatif.
Ia menambahkan, tantangan terbesar di dunia wartawan dan media massa saat ini adalah masalah penghayatan etika. Artinya, dalam menyampaikan informasi, wartawan harus mematuhi rambu-rambu yang ada seperti UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
Dengan begitu, wartawan tidak akan membuat berita bohong, berita pemecah belah, atau berita bermuatan SARA.
"Jadi penggunaan AI itu kembali lagi pada masalah etikanya. Kalau etika dengan iktikad untuk menyelamatkan media, menyelamatkan dunia kewartawanan, menyelamatkan masyarakat, ini pasti akan melahirkan produk yang bermaslahat bagi semuanya," tegasnya.***
Pewarta : Zaenal
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2025