Komedian Abdel dan teman nongkrongnya akan luncurkan buku "Anak Pancong"
Senin, 15 Oktober 2018 07:58 WIB
Jakarta (Antaranews Jateng) - Komedian Abdel Achrian bersama teman-teman nongkrongnya semasa SMA pada 20 Oktober nanti akan meluncurkan “Anak Pancong”, sebuah buku yang mengisahkan aktivitas Abdel dan kawan-kawannya di tempat tongkrongan mereka di sebuah warung kopi di kawasan Terminal Rawamangun, Jakarta Timur, era 1980-an hingga pertengahan 1990-an.
“Orang di balik penerbitan buku ini sih dua orang kakak kelas gue, tetapi kebetulan gue dulu satu tongkrongan dengan mereka. Gue kebagian nyumbang tulisan juga,” kata Abdel, seperti dikutip dalam siaran pers, Minggu.
Abdel mengatakan bahwa buku 250 halaman itu disunting oleh seorang jenderal bintang satu serta wartawan senior yang sempat bekerja di koran ekonomi dan bisnis nasional. Abdel pun berkisah tentang bagaimana seriusnya penggarapan buku itu.
“Buku Anak Pancong ini digarap serius. Bisa dilihat kan dari penyuntingnya? Jenderal bintang satu sama wartawan senior! Terus, yang kasih endorse di buku itu gubernur, seniman yang mantan gubernur, komika papan atas, dan host acara terkenal di TV. Selain kita, ada direktur BUMN besar dan pejabat di kementerian yang nyumbang tulisan. Mereka semua itu Anak Pancong,” ungkapnya.
Bagi komedian senior ini, tongkrongan Anak Pancong menjadi salah satu tempat yang menempa dirinya termasuk mengasah kemampuan untuk melemparkan kelucuan-kelucuan yang amat berguna bagi kariernya sekarang ini. “Temen gue banyak yang lucu-lucu, bahkan mungkin lebih lucu dari gue.”
Tongkrongan Abdel itu disebut Anak Pancong karena memang mereka nongkrong di warung kopi yang juga jual kue pancong. Lokasinya persis di sebelah Terminal Rawamangun, Jakarta Timur. “Tapi sekarang warungnya udah gak ada.”
Dalam buku itu juga diceritakan bahwa Abdel sempet mengamen dari rumah ke rumah di kawasan Rawamangun bersama teman-temannya. “Temen gue banyak yang kaya. Kayaknya bukan uang deh yang kita cari waktu itu. Kebetulan, Anak Pancong banyak yang suka musik. Ngamen mungkin salah satu cara kita ngetes mental kali ya,” kata Abdel.
Hubungan Abdel dan rekan-rekannya dengan pemilik kedai kopi tempat mereka nongkrong—Babeh dan Ibu Sami—juga diakui begitu mendalam.
“Babeh dan Ibu Sami sudah seperti orang tua sendiri. Bayangin, temen-temen gue sampai beliin sawah buat Ibu Sami di kampungnya di Brebes sana. Ketika beliau meninggal, abang gue khusus datang dari Jakarta ke sana ngewakilin anak-anak.”
Pertemanan Anak Pancong, menurut Abdel, terus berlangsung sampai sekarang. Mereka masih suka kumpul-kumpul.
“Buku ini buat kenang-kenangan kita dan juga anak-anak kita, biar tahu gimana dulu bapaknya nongkrong semasa remaja,” tutup Abdel. (Editor : Monalisa).
“Orang di balik penerbitan buku ini sih dua orang kakak kelas gue, tetapi kebetulan gue dulu satu tongkrongan dengan mereka. Gue kebagian nyumbang tulisan juga,” kata Abdel, seperti dikutip dalam siaran pers, Minggu.
Abdel mengatakan bahwa buku 250 halaman itu disunting oleh seorang jenderal bintang satu serta wartawan senior yang sempat bekerja di koran ekonomi dan bisnis nasional. Abdel pun berkisah tentang bagaimana seriusnya penggarapan buku itu.
“Buku Anak Pancong ini digarap serius. Bisa dilihat kan dari penyuntingnya? Jenderal bintang satu sama wartawan senior! Terus, yang kasih endorse di buku itu gubernur, seniman yang mantan gubernur, komika papan atas, dan host acara terkenal di TV. Selain kita, ada direktur BUMN besar dan pejabat di kementerian yang nyumbang tulisan. Mereka semua itu Anak Pancong,” ungkapnya.
Bagi komedian senior ini, tongkrongan Anak Pancong menjadi salah satu tempat yang menempa dirinya termasuk mengasah kemampuan untuk melemparkan kelucuan-kelucuan yang amat berguna bagi kariernya sekarang ini. “Temen gue banyak yang lucu-lucu, bahkan mungkin lebih lucu dari gue.”
Tongkrongan Abdel itu disebut Anak Pancong karena memang mereka nongkrong di warung kopi yang juga jual kue pancong. Lokasinya persis di sebelah Terminal Rawamangun, Jakarta Timur. “Tapi sekarang warungnya udah gak ada.”
Dalam buku itu juga diceritakan bahwa Abdel sempet mengamen dari rumah ke rumah di kawasan Rawamangun bersama teman-temannya. “Temen gue banyak yang kaya. Kayaknya bukan uang deh yang kita cari waktu itu. Kebetulan, Anak Pancong banyak yang suka musik. Ngamen mungkin salah satu cara kita ngetes mental kali ya,” kata Abdel.
Hubungan Abdel dan rekan-rekannya dengan pemilik kedai kopi tempat mereka nongkrong—Babeh dan Ibu Sami—juga diakui begitu mendalam.
“Babeh dan Ibu Sami sudah seperti orang tua sendiri. Bayangin, temen-temen gue sampai beliin sawah buat Ibu Sami di kampungnya di Brebes sana. Ketika beliau meninggal, abang gue khusus datang dari Jakarta ke sana ngewakilin anak-anak.”
Pertemanan Anak Pancong, menurut Abdel, terus berlangsung sampai sekarang. Mereka masih suka kumpul-kumpul.
“Buku ini buat kenang-kenangan kita dan juga anak-anak kita, biar tahu gimana dulu bapaknya nongkrong semasa remaja,” tutup Abdel. (Editor : Monalisa).
Pewarta : Suryanto
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024