Logo Header Antaranews Jateng

Balai Merbabu ragukan faktor alam penyebab kebakaran hutan Merbabu

Rabu, 17 Oktober 2018 19:39 WIB
Image Print
Jalur pintu pendakian Gunung Merbabu di Cunthel di Dukuh Cunthel, Kopeng di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Semarang (Antaranews Jateng) - Balai Taman Nasional Gunung Merbabu menyangsikan penyebab kebakaran hutan di gunung tersebut sejak Minggu (14/10) lalu karena faktor alam.

 "Menurut kami kok tidak mungkin disebabkan faktor alam, melainkan manusia," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Edy Sutiyarto saat dihubungi dari Semarang, Rabu.

Edy meyakini penyebab kebakaran di hutan Gunung Merbabu karena faktor kelalaian manusia, tetapi sampai saat ini memang belum menemukan bukti kuat yang mendukung.

Hanya saja, kata dia, siapa yang berulah atau lalu hingga menyebabkan kebakaran di Gunung Merbabu yang telah menghanguskan sekitar 400 hektare lahan itu harus diusut tuntas.

"Kalau kami yakin (penyebabnya, red.) manusia. Tetapi, siapanya yang perlu dilacak benar-benar untuk membikin efek jera. Kebakaran ini sudah merugikan banyak sekali," katanya.

 Ia mencontohkan warga di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yang jadi kesulitan air bersih karena instalasi perpipaan hangus terbakar.

"Paralon atau pipa air bersih putus, hangus terbakar. Di Dusun Thekelan, makanya warga sekitar jadi kesulitan air bersih. Penyebab kebakaran ini harus dilacak," ungkapnya.

 Gunung Merbabu merupakan salah satu favorit pendakian dengan ketinggian 3.145 meter di atas permukaan laut dan berada di perbatasan tiga daerah, yakni Kabupaten Semarang, Boyolali, dan Magelang.

 Ia mengakui kebakaran hutan yang semakin meluas itu dipersulit dengan kondisi medan yang terjal karena lokasinya yang semakin mendekati puncak Gunug Merbabu.

Dijelaskannya, kobaran api di Gunung Merbabu pada kebakaran itu memang berawal dari wilayah Kabupaten Semarang, yakni wilayah Getasan, kemudian meluas ke arah kanan, yakni Magelang dan kiri ke Boyolali.

"Awalnya, memang dari Kabupaten Semarang. Kemudian, meluas ke kanan, yakni Magelang dan kiri arah Boyolali. Untuk yang ke Magelang, sepertinya sudah padam," kata Edy. 

Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024