Logo Header Antaranews Jateng

Batuk disertai sesak nafas menjadi gejala khas pneumonia

Kamis, 13 Desember 2018 16:07 WIB
Image Print
Dinas Kesehatan Provinsi Riau menyatakan sejak 1 Juli 2015 terdapat sekitar 1.022 warga yang sakit seperti infeksi saluran pernafasan atas, asma, pneumonia, iritasi kulit dan mata akibat polusi asap kebakaran hutan dan lahan. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta (Antaranews Jateng) - Batuk disertai sesak napas menjadi gejala khas pneumonia yang perlu diperhatikan, menurut dokter spesialis anak dari RSCM, dr. Madeleine Ramdhani Jasin, SpA. 

"Awalnya batuk dan pilek, tetapi enggak sembuh-sembuh. Seharusnya seminggu sudah sembuh, ini malah enggak sembuh lalu sesak napas. Harus curiga pneumonia (bawa ke dokter). Jadi batuk pilek yang berkembang menjadi sesak," ujar dia di Jakarta, Kamis. 

Pada kondisi yang sudah berat, pneumonia bisa memicu sesak napas yang semakin berat, membuat cekungan di daerah dada hingga penurunan kesadaran. 

"Pneumonia kalau sudah berat, sesak napas menjadi berat bisa sampai tertarik ke dalam bahkan sampai penurunan kesadaran. Kalau sudah begitu pengobatan lebih lama," papar Madeleine. 

Gejala lain pneumonia adalah demam, menggigil dan kesulitan bernapas. 

Menurut Madeleine, menggunakan masker bisa mencegah penularan penyakit ini. Kendati begitu, penerapan gaya hidup sehat dan bersih, pemberian ASI eksklusif pada anak menjadi hal yang tak kalah penting. 

Hasil studi tim peneliti dari Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran, Bandung pada Oktober 2018 menunjukkan, pada tiga wilayah sasaran studi yakni Jakarta, Kabupaten Bandung dan Sumba Barat, anak-anak yang mempunyai riwayat pneumonia ternyata lebih sedikit mendapatkan ASI eksklusif. 

Selain masalah kesadaran (di Sumba Barat, ibu-ibu berhenti menyusui sebelum 4 bulan karena ASI kering), tidak ada waktu menyusui anak karena bekerja di pabrik (Kabupaten Bandung) menjadi alasan tak terpenuhinya ASI eksklusif.  (Eeditor : Alviansyah Pasaribu).

Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024