Membangun rumah bata "interlock", menatap kebahagiaan baru
Senin, 15 April 2019 09:14 WIB
Tak hanya untuk warga kawasan ring 1 pabrik semen, wilayah yang lokasinya jauh pun mendapat sentuhan kepedulian dari perusahaan persemenan terkemuka ini.
Salah satu bentuknya diwujudkan dengan pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH) bagi warga kurang mampu di Desa Sarang Meduro, Kecamatan Sarang, Rembang.
Upaya pembangunan rumah dengan material bata interlock ini diharapkan membuat kehidupan keluarga nelayan penerima progam tersebut lebih aman sekaligus berkualitas. Seperti apa?
Senyum cerah terlihat di wajah suami istri Muhammad Nur Soleh-Siti Asmara. Sebentar lagi pasangan ini bisa kembali menempati rumahnya yang hanya berjarak sekitar 30 meter dari bibir pantai kawasan Desa Sarang Meduro, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Yang menggembirakan keluarga ini adalah kini rumahnya terlihat lebih mentereng, kokoh, sehat, dan layak huni.
Kebahagiaan serupa juga dirasakan tiga keluarga yang tinggal di kawasan RT 2 RW 1 Desa Sarang Meduro. Yakni pasutri Mukminin-Sarmini; Bahrul Ulum-Siti Mahfudzah, dan Marzuki, duda tua yang baru saja ditinggal mati istrinya. Marzuki hidup di rumah tak layak huni bersama anaknya yang bernama Eliana.
Keempat keluarga yang rumahnya berdekatan ini merupakan penerima bantuan progam pembangunan Rumah Tak Layak Huni (RTLH) PT Semen Gresik. Proses pembangunan memakan waktu sebulan, mulai dari 15 Maret hingga pertengahan April 2019.
“Alhamdulillah, rumah saya yang sebelumnya dari kayu glugu dan berdinding bambu kini sudah jadi bagus. Terima kasih Semen Gresik,” kata Siti Asmara.
Sebelumnya, lantai rumah empat keluarga ini hanya tanah, namun kini sudah diplester bahkan ada yang dikeramik. Urusan buang air besar (BAB), mereka juga tak perlu lagi ke tepi pantai, karena sudah ada kamar mandi plus toilet di rumah barunya.
Siti Asmara juga mengaku kini tak lagi risau saat hujan mengguyur kawasan tempat tinggalnya. Padahal sebelumnya, air hujan kerap menerobos melalui celah-celah genteng rumah lamanya.
Tak hanya itu, genangan air seiring mampetnya selokan juga kerap masuk ke dalam rumah hingga atas mata kaki bahkan lutut orang dewasa.
Bagian bawah tumpukan kasur yang dipakai tidur anggota keluarganya juga sering terendam genangan air banjir tersebut.
“Tiap hujan kondisinya seperti itu. Bisa dibayangkan repotnya jika hujannya malam hari dan suami sedang miyang (melaut) selama beberapa hari. Karena berat, kasur di atas lantai tanah beralas tikar itu akhirnya saya biarkan dan tidak saya jemur di luar. Akhirnya lama kelamaan baunya badeg,” ujarnya.
Kondisi serupa juga dialami keluarga Mukminin-Sarmini; Bahrul Ulum-Siti Mahfudzah dan Marzuki. Bahkan rumah Marzuki paling memprihatinkan. Posisi rumah lamanya sudah miring dan nyaris roboh.
Tetangganya bahkan khawatir jika hujan deras disertai angin kencang, rumah lansia itu benar-benar rata dengan tanah. Padahal di dalam rumah ada anak Marzuki, Eliana yang masih duduk di bangku kelas VII SMP/sederajat.
“Eliana sering sendirian di rumah karena Pak Marzuki miyang sebulan dua kali. Sekali miyang bisa sampai 10 hari,” ucap adik Marzuki, Musyarofah (50).
Usai dibangun, kondisi rumah empat keluarga ini memang berbeda. Bagian atap dari baja ringan dan dinding dari rumah terbuat dari bata interlock yang merupakan material bangunan produk turunan grup Semen Indonesia.
Fasilitas di dalam rumah tergolong komplet. Mulai dari kamar tidur, ruang tamu, hingga kamar mandi. Selain itu, konsep pembangunan juga mengacu rumah sehat dan layak huni. Ventilasi udara dan pencahayaan diatur sedemikian rupa sehingga penghuninya nyaman tinggal di rumah tersebut.
Tahan gempa
Bata interlock memiliki sejumlah keunggulan dibanding produk sejenis. Rumah berbahan bata interlock lebih tahan guncangan gempa. Sebab bata ini mirip dengan lego sehingga ada bagian yang saling mengunci dan menguatkan.
Bata interlock juga lebih ekonomis. Sebab pemasangan meminimalisir semen dan pasir. Bata interlock ini juga menghemat waktu pembangunan sebuah bangunan. Biasanya untuk membangun rumah tipe 21, hanya butuh waktu 15 – 20 hari, mulai dari fondasi hingga benar-benar siap huni.
“Mestinya pembangunan empat rumah warga Sarang ini juga sama. Namun karena ada ritual sedekah laut warga setempat akhirnya pekerja libur beberapa hari. Selain itu, ada juga kendala cuaca,” jelas Kepala Unit Komunikasi dan CSR PT Semen Gresik, Kuswandi.
Anggaran yang dikucurkan PT Semen Gresik untuk pembangunan empat RTLH ini mencapai Rp211 juta. Luas bangunan yang dibangun menyesuaikan dengan luasan tanah milik masing-masing penerima bantuan.
Ada yang luasnya 6,5 meter x 8,8 meter seperti luasan tanah milik Marzuki, namun ada yang 6,5 meter x 6,2 meter menyesuaikan lahan milik pasutri Bahrul Ulum-Siti Mahfudzah.
“Semoga rumah yang kami bangun ini membuat hidup para penerima lebih berkualitas. Mereka bisa tinggal lebih nyaman bersama anggota keluarganya,” tandas Kuswandi.
Bagi penerima bantuan, pembangunan rumah bata interlock itu bukan saja menambah aman bagi penghuninya, melainkan sebuah titik untuk menatap kebahagiaan baru pada hari ini dan mendatang. (Bersambung)
Pewarta : KSM
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2025