14 WGS virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Indonesia dideteksi BPPT
Jumat, 11 September 2020 16:08 WIB
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Task Force Riset Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC-19) mendeteksi 14 urutan keseluruhan genom atau whole genom sequencing (WGS) dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang beredar di Indonesia.
Data WGS tersebut bermanfaat untuk memberikan gambaran profil genetik virus SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di Indonesia.
Ia mengatakan dengan kian banyaknya data WGS yang dimiliki oleh Indonesia, maka semakin menambah pemahaman dan pengetahuan tentang virus itu khususnya dalam mengetahui transmisi virus di Indonesia dan pengembangan obat hingga vaksin untuk mendukung penanganan COVID-19.
Dengan adanya 14 WGS baru yang ditemukan BPPT bersama TFRIC-19, kata dia, maka Indonesia telah memiliki total 44 koleksi data.
Ia mengemukakan bahwa 44 data WGS dari Indonesia yang telah terkumpul itu ditemukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sebanyak 10 WGS, LIPI sebanyak dua WGS, Universitas Gadjah Mada sebanyak empat WGS, Institut of Tropical Disease Universitas Airlangga sebanyak 14 WGS, serta BPPT bersama TFRIC-19 sebanyak 14 WGS.
Hammam menjelaskan bahwa BPPT dan TFRIC-19 akan terus berupaya untuk menambah jumlah data WGS dari Indonesia.
"Semakin banyak WGS yang kita 'submit' (kumpulkan) ke GISAID, maka informasi dan data terkait dengan virus SARS-CoV-2 dan mutasinya di Indonesia dapat diketahui secara global," katanya.
BPPT diamanatkan sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri dalam menanggulangi pandemik COVID-19 melalui TFRIC-19.
TFRIC1-9 mendorong penguatan tingkat komponen dalam negeri dalam mengatasi pandemi itu.
TFRIC-19 terdiri atas banyak pakar lintas institusi. Adapun Tim WGS yang merupakan sub Task Force 4 dari TFRIC-19 (Analisis dan Penyusunan Data Whole Genome COVID-19 Origin Orang Indonesia yang Terinfeksi) dipimpin oleh Dr Marselina Tan dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (STIH ITB) dan didukung oleh tim dari SITH ITB dan Sekolah Farmasi ITB, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT, Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Sayurbox, Universitas YARSI, dan Wakayama College, demikian Hammam Riza .
Baca juga: BPPT: Perlu kit deteksi virus corona spesifik untuk orang Indonesia
Baca juga: BPPT-IDI-IABIE luncurkan aplikasi pengawasan Covid-19 lindungi dokter
Baca juga: BPPT koordinasi pengembangan alat deteksi virus corona
Pewarta : Martha Herlinawati S
Editor:
Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024