Produsen sepatu di Klaten sukses meski pandemi COVID
Senin, 21 Desember 2020 18:36 WIB
"Kami awalnya produksi khusus sepatu sekolah sempat kaget pada saat COVID-19, pada Pebruari 2020, dan pemulihan sangat sulit pada Maret, " kata pemilik milenial pemilik PT ADCO Pakis Mas Klaten, Aditya Caesarico, di Desa Bentangan, Klaten, Senin.
Aditya Caesarico mengaku mulai mendirikan pabrik sepatu merk Aero Street di Klaten, pada 2015 hingga sekarang tetap eksis meski masa pandemi COVID-19 sangat berdampak ekonomi masyarakat secara global.
Pada COVID-19, kata Aditya Caesarico, tradisional pasar anjlok hingga sekitar 90 persen, dan sisa omsetnya tinggal sekitar 5 hingga 10 persen. Namun, PT ADCO Pakis Mas yang memiliki sebanyak 1.400 karyawan harus dipertahankan dan tidak boleh ada yang dikeluarkan.
Aditya Caesarico yang memiliki jiwa bisnis luar biasa tersebut harus memutar otak untuk membuat produk baru yang bisa diterima banyak kalangan pada April 2020.
Menurut Aditya Caesarico dirinya kemudian memutuskan membuat produk khusus online full, dengan produksi sepatu berbagai jenis dengan corak warna warni modern yang digemari pasar, dan ternyata sambutan kosumen luar biasa.
"Kami pasarkan secara online ini, mengirim satu dua dos pasang sepatu, tetapi rata-rata bisa mengirim produk hingga 6.000 pasang per hari. Produksi sepatu Aero Street yang dijual dengan harga Rp99.900 pasang untuk berbagai jenis sepatu itu, memiliki kemampuan produksi mencapai 5.000 pasang hingga 6.000 pasang per hari," kata Aditya.
Menurut Aditya beralihnya pabrik dari pasar offline ke online tersebut membuat perusahaan tetap bertahan pada masa pandemi COVID-19. Bahkan, produksi terus ditingkatkan karena melayani permintaan pasar yang tidak bisa terbendung itu.
Pihaknya mengganti dengan cara pasar online mengawali dengan instagram, sedangkan perusahaan besar sepatu lain di Indonesia mungkin tidak mengenal itu, sehingga mereka libur produksi hingga sekarang. Peluang besar ini, dimanfaatkan dengan baik, merk Aero Street asal Klaten terus berkembang lebih besar dibanding saat offline.
Pada awalnya sebelum COVID-19 kapasitas melayani konsumen mencapai 6.000 pasang per hari, tetapi sekarang justru meningkat menuju 9.000 pasang per hari, dan semuanya full online. Hal ini, masih kekurangan barang untuk melayani konsumen.
"Pada zaman pasar offline, penjual mau menjual ke Papua harus membeli tiket pesawat, datang ke distributor negosiasi, dan penjual masih menawarkan barang ke toko-toko grosir dan ke toko retail kemudian baru sampai ke konsumen. Hal ini, membutuhkan waktu sekitar dua bulan," katanya.
"Pasar online saya pasang iklan klik satu detik sudah ada pembeli, dan ke Papua atau Irian satu dua minggu barang sampai konsumen, dan sekarang sekitar 98 persen omzet penjualan melalui on line. Kami selama 37 menit bisa menjual 2.880 pasang sepatu ke konsumen," katanya.
Menyinggung soal bahan baku produksi sepatu Aero Street , kata dia, semua dari lokal dan mudah dicari di Pulau Jawa Indonesia, sehingga harga sepatu bisa murah. Bahan baku ada yang dari Surabaya, Jakarta, Bandung, Semarang dan Solo.
"Sepatu produksinya kualitas bisa bersaing dangan produksi dari China yang masuk Indonesia. Kami kualitas justru lebih bagus dan kuat dengan harga sangat terjangkau, sehingga konsumen juga luar biasa," katanya.
Manager Produksi PT ADCO Pakis Mas Yohan Fransisko mengatakan semua bahan baku produksi sepatu Aro Street Klaten tersebut semuanya dari lokal, dan tidak ada yang impor dari luar negeri.
Bahkan, untuk tenaga kerja semua dari lokal tidak ada yang mendatangkan dari luar negeri. Produksi mulai dari menyiapan bahan baku, proses produksi, penyelesaian akhir, pengepakan hingga pengiriman barang menyerap tenaga kerja 1.400 karyawan dari lokal semua.
Selain itu, kata Yohan produk sepatu lokal Aero Street di Klaten tersebut dengan pasar online menambah dua unit mesin untuk meningkatkan produksinya hingga mencapai 12.000 pasang per hari guna melayani permintaan pasar.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024