Logo Header Antaranews Jateng

Israel tidak miliki kerangka waktu untuk akhiri pertempuran Gaza

Kamis, 20 Mei 2021 08:23 WIB
Image Print
Seorang warga Palestina berdiri tak jauh dari puing reruntuhan yang diakibatkan serangan udara Israel di Jalur Gaza, Palestina Rabu (19/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammed Salem/foc.
Gaza/Yerusalem (ANTARA) - Israel tidak menetapkan kerangka waktu untuk mengakhiri pertempuran di Gaza, ketika militernya menggempur wilayah kantong Palestina dengan serangan udara sementara militan Hamas melancarkan serangan roket lintas perbatasan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menyebutkan tentang penghentian pertempuran dalam sambutan publik pada pengarahan kepada duta besar asing untuk Israel, dan mengatakan negaranya terlibat dalam "pencegahan paksa" untuk mencegah konflik di masa depan dengan Hamas.

"Kami tidak menghitung waktu. Kami ingin mencapai tujuan operasi. Operasi sebelumnya berlangsung lama jadi tidak mungkin menetapkan jangka waktu," kata Netanyahu dalam sambutannya yang dilaporkan oleh media Israel dari sesi tanya jawab tertutup, Rabu.

Baca juga: Ormas dan tokoh lintas agama di Indonesia desak PBB beri sanksi Israel

Pejabat medis Palestina mengatakan 219 orang telah tewas dalam 10 hari pemboman udara yang telah menghancurkan jalan, bangunan dan infrastruktur lainnya, dan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza.

Otoritas Israel menyebutkan korban tewas sebanyak 12 orang di Israel, di mana serangan roket berulang kali telah menyebabkan kepanikan dan membuat orang-orang bergegas ke tempat penampungan. Upaya diplomatik regional dan yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengamankan gencatan senjata telah meningkat tetapi sejauh ini gagal.

Dalam serangan selama 25 menit semalam, Israel membombardir sasaran termasuk yang menurut militernya adalah terowongan di Jalur Gaza selatan yang digunakan oleh Hamas, kelompok Islam yang memerintah Gaza.

Sekitar 50 roket ditembakkan dari daerah kantong itu, kata militer Israel, dengan sirene berbunyi di kota pesisir Ashdod, selatan Tel Aviv, dan di daerah-daerah yang lebih dekat dengan perbatasan Gaza. Tidak ada laporan cedera atau kerusakan dalam semalam, tetapi tembakan roket selama berhari-hari telah meresahkan banyak orang Israel.

Hampir 450 bangunan di Gaza yang berpenduduk padat telah hancur atau rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama, dan lebih dari 52.000 warga Palestina telah mengungsi, kata badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Israel, yang menuding Hamas dalam pertempuran terbaru, mengklaim telah mengeluarkan peringatan untuk mengevakuasi bangunan yang akan ditembaki dan hanya menyerang apa yang dianggap sebagai target militer.

"Kami mencoba menargetkan mereka yang menargetkan kami. Dengan ketelitian tinggi," kata Netanyahu kepada para dubes asing.

"Seperti halnya operasi pembedahan, bahkan di ruang bedah di rumah sakit Anda tidak memiliki kemampuan untuk mencegah kerusakan tambahan di sekitar jaringan yang terkena dampak. Bahkan Anda tidak bisa. Dan tentunya dalam operasi militer Anda tidak bisa," ujar Netanyahu, membenarkan serangan Israel.


Diplomasi

Hamas mulai menembakkan roket sembilan hari lalu sebagai pembalasan atas apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran hak yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem selama bulan Ramadhan.

Serangan roket itu dilancarkan menyusul bentrokan antara polisi keamanan Israel dengan jamaah di Masjid al-Aqsa di Yerusalem, dan kasus pengadilan oleh pemukim Israel untuk mengusir warga Palestina dari lingkungan di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.

Bentrokan kali ini adalah yang paling serius antara Hamas dan Israel selama bertahun-tahun, dan, berbeda dari konflik Gaza sebelumnya, telah membantu memicu kekerasan jalanan di kota-kota Israel antara orang Yahudi dan Arab.

Peran utama Hamas dalam menghadapi Israel atas Yerusalem, sebuah masalah yang beresonansi dengan banyak orang Palestina, menjadi tantangan bagi saingan utamanya, Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat, yang bulan lalu membatalkan pemilihan parlemen di mana kelompok itu tampaknya akan memperoleh keuntungan.

Prancis pada Selasa (18/5) menyerukan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang kekerasan tersebut.

Para diplomat mengatakan AS mengatakan kepada Dewan bahwa "pernyataan publik saat ini" tidak akan membantu menenangkan krisis.

"Tujuan kami adalah untuk mengakhiri konflik ini. Kami akan mengevaluasi hari demi hari apa pendekatan yang tepat. Ini terus menjadi diskusi di belakang layar yang tenang dan intensif, secara taktis merupakan pendekatan kami saat ini," kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan pada Selasa.

Mesir dan mediator PBB juga meningkatkan upaya diplomatik, dan Sidang Umum PBB akan membahas kekerasan Gaza pada Kamis (20/5).

Berita Israel N12 TV, mengutip sumber-sumber Palestina yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa Mesir, melalui "saluran rahasia", telah mengusulkan agar pertempuran Israel-Gaza diakhiri pada Kamis pagi.

Ezzat El-Reshiq, seorang anggota biro politik Hamas yang berbasis di Qatar, mengeluarkan pernyataan pada Selasa bahwa tidak benar Hamas telah menyetujui gencatan senjata semacam itu.


Sumber: Reuters

Baca juga: Israel dan Palestina terus saling serang
Baca juga: Indonesia kecam Israel atas pengusiran paksa di Palestina


Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024