Logo Header Antaranews Jateng

Bea cukai Semarang tangkal impor 288 ribu pulpen palsu

Jumat, 5 November 2021 18:42 WIB
Image Print
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Semarang Anton Martin mengecek kondisi pulpen impor palsu asal Tiongkok, di Semarang, Jumat. ANTARA/ I.C.Senjaya
Semarang (ANTARA) - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, mencegah impor 288 ribu pulpen merek Standard palsu asal Tiongkok.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Semarang Anton Martin di Semarang, Jumat, mengatakan kedatangan sekitar 100 karton pulpen dari Tiongkok ini sempat dikoordinasikan dengan PT Standarpen Industries sebagai pemilik merek.

Menurut dia, dari rekordasi dengan pemilik merek ternyata diketahui bahwa ratusan ribu pulpen tersebut diduga merupakan produk palsu.

Baca juga: Bea Cukai gagalkan distribusi rokok ilegal dari Jepara

"Merek Standard ini ternyata produk asli Indonesia," katanya.

Atas kedatangan barang ilegal tersebut, kata dia, Bea Cukai kemudian berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM serta Pengadilan Negeri Semarang untuk memeriksa kondisi fisik barang.

"Kami meminta penangguhan dari Pengadilan Negeri Semarang agar barang tidak sampai keluar," katanya.

Ia menjelaskan upaya penindakan terhadap impor barang yang nilainya sekitar Rp372 juta tersebut merupakan salah satu upaya melindungi industri dalam negeri.

Upaya yang dilakukan ini, lanjut dia, merupakan bukti bahwa Indonesia sangat peduli pada perlindungan atas hak kekayaan intelektual.

Ia menuturkan jika produk palsu tersebut sampai beredar di pasaran, maka tidak hanya perusahaan pemilik merek saja yang dirugikan, namun termasuk masyarakat sebagai konsumen.

"Waktu pulpen dicoba untuk dipakai menulis ternyata macet-macet," pungkasnya.

Baca juga: Langgar aturan importasi, ratusan unit mesin Bitcoin dimusnahkan Bea Cukai Semarang
Baca juga: Bea Cukai Kudus selamatkan potensi kerugian negara Rp7,3 miliar.



Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024