Logo Header Antaranews Jateng

Komunitas puisi esai calonkan sastrawan untuk Nobel Prize

Senin, 20 Desember 2021 19:52 WIB
Image Print
Puisi esai oleh Denny JA. ANTARA/HO-Komunitas Puisi Esai
Solo (ANTARA) - Komunitas Puisi Esai akan mencalonkan sastrawan dari dalam negeri untuk menjadi wakil pada ajang penghargaan sastra Nobel Prize.

Koordinator Pelaksana Komunitas Puisi Esai Indonesia Irsyad Mohamad melalui keterangan tertulisnya yang diterima oleh Antara di Solo, Senin mengatakan pada bulan ini komunitas tersebut memperoleh kesempatan diundang oleh panitia nobel Swedish Academy Nobel Commiittee untuk mencalonkan sastrawan menjadi kandidat penerima nobel sastra.

Ia mengatakan undangan tersebut dianggapnya kesempatan langka karena selama ini publik tidak bisa mencalonkan kandidat untuk nobel sastra.

Baca juga: Sastrawan Malaysia sebut puisi esai Indonesia sudah berkembang

"Mungkin mereka (panitia Nobel Prize) menyadari bahwa Indonesia dan Asia Tenggara adalah wilayah yang juga kaya dengan dunia seni. Selama ini mungkin karena ada keterbatasan bahasa, wilayah ini belum pernah mendapatkan hadiah nobel sastra," katanya.

Selain itu, dikatakannya, puisi esai makin diakui dunia sebagai genre baru puisi. 

"Sangat jarang tercipta genre baru dalam puisi. Puisi esai yang diciptakan Denny JA kini sudah masuk dalam kamus resmi Bahasa Indonesia," katanya.

Terkait hal itu, dikatakannya, Komunitas Puisi Esai segera bersidang untuk memutuskan siapa yang dicalonkan.

"Sejauh ini Denny JA calon yang paling kuat. Terutama dalam karya puisi esai Denny JA, ia menyuarakan isu hak asasi manusia di negara dengan penduduk muslim terbesar dunia yakni Indonesia. Puisi esai tidak hanya seksi dari sisi genre baru tetapi juga pesan hak asasi manusia," katanya.

Ia mengatakan jika akhirnya Denny JA yang dicalonkan maka Denny menjadi sastrawan kedua dari Indonesia setelah Pramudya Ananta Tour yang pernah secara resmi dicalonkan dengan prosedur resmi melalui undangan panitia nobel.

Sementara itu, terkait pencalonan tersebut Denny mengatakan pencalonan nobel sastra bagus untuk diplomasi budaya Indonesia. 

"Namun, saya berkarya karena saya mencintai gagasan, tidak berorientasi penghargaan," katanya.

 

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024