Dinkes Boyolali minta Fasyankes hentikan sementara penggunaan obat cair sirop
Sabtu, 22 Oktober 2022 15:41 WIB
Untuk sementara pembelian obat cair sirop baik di apotik-apotik atau pemberian di Fasyankes, dokter praktik mandiri maupun di Puskesmas atau klinik dan rumah sakit di Boyolali dihentikan dahulu sambil menunggu hasil penelitian atau penyelidikan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kemenkes serta Ikatan Dokter Indonesia, kata Kepala Dinkes Boyolali dokter Puji Astuti, di Boyolali, Sabtu.
"Kami memang belum ada surat edaran secara tertulis tetapi secara lisan. Namun, rilis dari BPOM yang dijadikan sebagai dasar untuk mengimbau kepada teman-teman di Fasyankes untuk melaksanakan apa yang menjadi imbauan dalam rilis yang dikeluarkan oleh BPOM," kata dokter Puji Astuti.
Dinkes sudah memberikan imbauan untuk sementara tidak menggunakan obat cair sirop baik anak maupun dewasa sejak ada imbauan dari Kemenkes.
Menurut dokter Puji imbauan tersebut melalui edaran yang tidak tertulis atau secara lisan sudah dikoordinasikan dengan baik Puskesmas, Fasyankes maupun jejaring.
Obat air sirop untuk sementara bisa digantikan dengan formula yang lain. Misalnya, untuk obat turun panas bisa tablet dalam dibentuk puyer. Jika tidak bisa minum obat seperti itu, bisa lewat Suppositoria atau obat yang dimasukkan melalui anus.
Puji menjelaskan kalau obat Paracetamol sirop betul sering digunakan, tetapi tidak mengandung zat yang dicurigai sebagai penyebab gangguan ginjal akut. pemberian obat-obatan jenis parasetamol cair sirop kepada pasien dinyatakan aman bila takaran dosisnya sesuai.
Menurut dia, setiap orang bisa berisiko saat mengonsumsi obat-obatan bila tidak sesuai aturan. Paracetamol cair sirop bila digunakan sesuai dosis aman bagi pasien.
Kendati demikian, pihaknya untuk sementara sambil menunggu hasil penelitian epidemologi (PE) dan instruksi Kemenkes, pihaknya meminta seluruh fasyankes di Kabupaten Boyolali tidak memakai obat sirop dahulu.
Sementara itu, Dinkes hasil pemantauan di wilayah Boyolali hingga saat ini, belum ada laporan kasus terkait maraknya gangguan ginjal akut yang terjadi pada anak usia 0 hingga 18 tahun di beberapa wilayah Indonesia itu.
"Maraknya gangguan ginjal akut pada anak, di wilayah Boyolali hingga saat ini, belum ada kasus. Semoga Boyolali tidak ada," katanya.
Menurut dia, gejala-gejalanya gagal ginjal akut yang menyerang pada anak usai 0 sampai 18 tahun itu, dimulai deman tujuh hingga 14 hari.
Kemudian, penderita adanya gangguan mulai baik prerenal, renal maupun pos renal yakni dengan air kencing tidak lancar dan air kencing berwarna kemerahan, kata Puji.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024