Kagama bantu atasi kesulitan air bersih di pesantren Balikpapan
Semarang (ANTARA) - Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada membantu mengatasi kesulitan air bersih di Pondok Pesantren Syaichona Cholil di Sepinggan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, dengan membangun instalasi air sederhana.
Ketua Kagama Ganjar Pranowo yang melakukan kunjungan kerja di Balikpapan, Rabu, berkesempatan meninjau secara langsung pemanfaatan alat dengan nama Gama Rain Filter yang mampu mengubah air hujan menjadi air bersih layak minum.
“Prinsipnya memanen hujan. Air hujan ditampung di atap dialirkan ke instalasi dengan tiga filter. Filter air, filter daun, filter bakteri, dari tandon ini, air bisa langsung diminum," kata Ganjar.
Ganjar Pranowo yang juga menjabat Gubernur Jawa Tengah itu menambahkan, Gama Rain Filter sudah berhasil diterapkan di Kabupaten Brebes, Kabupaten Blora, dan Kabupaten Semarang.
Pemanfaatan air hujan di Desa Gedong, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, sudah dilakukan sejak 2019 yang menjadi Kampung Proklim yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan 118 titik rain filter.
Berkurangnya penggunaan air tanah mampu memunculkan mata air baru dan mengurangi sedimen di Rawa Pening.
"Maka kami perluas, daerah remote area atau yang sulit air sedangkan curah hujan tinggi bisa pakai ini. Pendanaan bisa dikerjasamakan dengan filantropi yang penting masyarakat terbantu," ujarnya.
Dengan air yang cukup, lanjut Ganjar, dapat membantu warga dalam menghemat pengeluaran sehari-hari.
"Ujungnya ya pengentasan kemiskinan, karena uang yang biasa buat beli air bisa digunakan kebutuhan lain," katanya.
Ganjar juga meninjau Gama Rain Filter yang dipasang di Sekolah Dasar Islam Terpadu Istiqamah, Balikpapan Selatan.
Ketua Pengurus Daerah Kagama Kalimantan Timur Lalu Fauzul Idhi menyebut daerah Sepinggan termasuk daerah sulit air bersih karena untuk mendapat air, warga harus membuat sumur bor sedalam 80 meter.
"Itu pun airnya cokelat, dan sumbernya kadang hilang, pindah sumur lagi. Sangat menyulitkan," ujarnya.
Oleh karena itu, Kagama berupaya membantu sebagai wujud pengabdian masyarakat dan di Kalimantan Timur sudah lima titik yang dibuat instalasi serupa.
Kelima titik itu ada di Kawasan IKN Nusantara, Desa Sepaku, Desa Karyajaya, Desa Adat Pampang Samarinda, dan Kota Balikpapan.
"Di Pampang saja kami pasang 50 unit. Harganya sekitar Rp3 juta. Kenapa murah karena kalau untuk masyarakat, UGM tidak menarik biaya paten," katanya.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024