DPRD Semarang minta fasilitas permainan di sekolah perlu ditambah
Selasa, 30 Mei 2023 08:06 WIB
"Fasilitas penunjang pembelajaran, ya kalau SD (sekolah dasar) sesuai usia, sesuai apa yang disenangi anak-anak, mungkin ditambah permainan apa," kata Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman saat Dialog Interaktif DPRD Kota Semarang, di Semarang, Senin.
Menurut dia, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar menjadikan sekolah tidak boleh lagi membebani peserta didik dengan tugas atau pekerjaan rumah (PR) yang menumpuk, tetapi lebih memfasilitasi bakat dan minat siswa.
"(Pembelajaran, red.) Tidak melulu di dalam kelas, tidak melulu belajar hanya pada jam pelajaran saja. Tetapi mungkin ditambah fasilitasnya apa, supaya anak-anak berangkat sekolah enggak 'ngleler' (malas)," kata Pilus, sapaan akrabnya.
Ia mengatakan bahwa saat ini sudah bukan zamannya lagi guru tampil sebagai sosok galak yang ditakuti murid-muridnya, tetapi guru harus menjadi sosok yang mengerti dan memahami apa yang terbaik bagi peserta didiknya.
"Guru tidak boleh galak lagi, PR-PR dikurangi biar merdeka mereka. Namun, merdeka itu bukan berarti bebas di sekolah. Ya itu tadi ditambah permainan apa, cara penyampaian gurunya, murid tidak boleh dibebani tugas," katanya.
Selain itu, Pilus juga mengingatkan bahwa masih ada sejumlah fasilitas dasar yang juga harus dibenahi oleh sekolah, seperti toilet yang terkadang tidak diperhatikan kapasitas dan perawatannya oleh sekolah.
"Contohnya, toilet-toilet di SD-SD masih minim, padahal siswanya sudah banyak. Ini kan mengganggu juga. Sebetulnya, sambil jalan ini diinventarisasi supaya ditingkatkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Semarang Hidayatullah menjelaskan bahwa sekolah-sekolah sudah sejak dua tahun ini menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar meski masih bertahap.
Selama dua tahun ini, kata dia, evaluasi terus dilakukan terhadap penerapan kurikulum tersebut agar pembelajaran berjalan dengan lancar, mengingat Kurikulum Merdeka Belajar memiliki banyak pernak-pernik dalam sistem pembelajarannya.
Ia mengatakan guru-guru juga terus diberikan pembekalan melalui bimbingan teknis hingga workshop, dilengkapi dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang memudahkan mereka untuk mempelajarinya.
"Kurikulum Merdeka ini lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi siswa mau memilih belajar apa dan tidak dipaksakan. Selain itu, lebih mengembangkan 'soft skill' melalui project penguatan profil pelajar Pancasila (P5) seperti menyanyi, menari, hingga berwirausaha," katanya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024