BMKG: Cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Jateng pada 4-6 Desember
Senin, 4 Desember 2023 16:21 WIB
"Berdasarkan data dinamika atmosfer yang dirilis BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang siang ini, ada beberapa hal yang berpotensi memicu terjadinya cuaca ekstrem pada 4-6 Desember," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap, Senin.
Dalam hal ini, kata dia, potensi terjadinya cuaca ekstrem itu dipicu oleh aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) di wilayah Samudra Hindia yang berpengaruh terhadap pembentukan awan.
Menurut dia, potensi cuaca ekstrem tersebut juga dipicu oleh aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin di sekitar Pulau Jawa, serta adanya sirkulasi siklonik di utara Pulau Jawa.
Selain itu, lanjut dia, juga dipicu oleh hangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Jateng khususnya Laut Jawa dan kelembapan udara yang cukup tinggi dari lapisan permukaan hingga lapisan 500 milibar dan labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal.
"Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di beberapa wilayah Jateng pada 4-6 Desember," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan wilayah Jateng yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada hari Senin (4/12) meliputi Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Salatiga, Brebes, dan sekitarnya.
Sementara pada Selasa (5/12) cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Magelang, Karanganyar, Grobogan, Blora, Temanggung, Kendal, Batang, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, dan sekitarnya.
Selanjutnya, wilayah yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada Rabu (6/12) meliputi Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Magelang, Karanganyar, Grobogan, Blora, Temanggung, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, dan sekitarnya.
"Terkait dengan cuaca ekstrem yang berpotensi di wilayah-wilayah tersebut, kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, dan angin kencang terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi," kata Teguh.
Disinggung mengenai bencana longsor yang terjadi di Kabupaten Banyumas, dia menduga hal itu dipicu oleh hujan sangat lebat yang terjadi pada hari Minggu (3/12) hingga Senin (4/12), pukul 07.00 WIB.
Menurut dia, hal itu diketahui berdasarkan data pemantauan curah hujan di sejumlah wilayah Banyumas, antara lain Danaraja sebesar 127 milimeter, Arcawinangun 126 milimeter, Rempoah (Baturraden) 113 milimeter, dan Rawalo 124 milimeter.
"Curah hujan berkisar 100-150 milimeter per hari termasuk kategori sangat lebat. Sementara untuk wilayah Banyumas lainnya masuk kategori hujan sedang (20-50 milimeter per hari) hingga lebat (50-100 milimeter per hari," katanya.
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Banyumas pada hari Senin (4/12) dini hari, antara lain di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, yang mengakibatkan tiga korban luka-luka dan satu orang lainnya meninggal dunia setelah rumah mereka tertimpa material longsoran dari tebing.
Selain itu tanah longsor di Kabupaten Banyumas pada Senin (4/12) dini hari juga menutup jalur rel ganda lintas Purwokerto-Cirebon yakni di KM 340+100 yang berada di antara Stasiun Karanggandul dan Stasiun Karangsari. Akibatnya seluruh kereta api yang seharusnya melewati jalur itu dialihkan memutar melalui Bandung untuk KA dari arah Jakarta menuju Yogyakarta dan sebaliknya, sedangkan KA dari Jakarta menuju Solo memutar melalui Semarang.
Baca juga: Cuaca di Semarang hari ini
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024