Logo Header Antaranews Jateng

Memanen hujan atasi krisis air di Desa Bunder

Sabtu, 9 Maret 2024 17:01 WIB
Image Print
Sunarno menuang air minum dari hasil pengolahan elektrolisis di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (9/3/2024). ANTARA/Aris Wasita
Pada teknik elektrolisis ini, Sunarno yang juga Ketua Komunitas Kandang Udan menjabarkan bahwa air hujan yang dikumpulkan melalui bak besar kemudian dialirkan ke tangki yang lebih kecil. Selanjutnya, dari tangki air melewati instalasi kecil dan masuk ke beberapa kotak dari plastik.

Kotak-kotak inilah yang dijadikan sebagai dispenser. Pada kotak ini terdapat kapas serta kawat yang berfungsi untuk menyaring kandungan kapur dan asam dari air hujan.

Berikutnya, dilakukan teknik elektrolisis dengan menggunakan aliran listrik. Air yang diolah dengan cara demikian guna mengurai H2O menjadi H2 dan O2 sehingga mineral asam dan basa akan terpisah.

Dengan pengolahan tersebut, air yang ada di dalam kotak kaca aman untuk dikonsumsi dan baik bagi kesehatan. Elektrolisis air mineral menghasilkan air tereduksi yang dapat mencegah penyakit stres, diabetes, kanker, penyakit neurodegeneratif, dan efek samping hemodialisis.

Sunarno membuktikan khasiat air tersebut pada kakak iparnya sendiri yang memiliki penyakit kronis, seperti diabetes melitus, paru-paru, dan jantung. Kakaknya yang sering opname di rumah sakit, dengan rutin minum air elektrolisis, sampai sekarang  sehat.

Beberapa tetangganya hingga kini masih ada yang  rutin meminta air darinya untuk dikonsumsi sehari-hari. Dulu  banyak rumah warga Desa Bunder yang menggunakan teknik elektrolisis untuk mendapatkan air bersih tersebut. Namun, karena perawatan yang tidak mudah, beberapa di antaranya tidak aktif.

Sejumlah warga bahkan  belum menggunakan sistem tersebut karena belum memiliki modal yang cukup. Sebab, untuk membeli peralatan dan pemasangan alat elektrolisis harus merogoh kocek sekitar Rp7 juta.

Meski banyak orang  meminta air di tempatnya, Sunarno tidak menarik biaya apapun, termasuk biaya untuk kebutuhan listrik. "Saya gratiskan, karena listriknya murah. Buat kebutuhan elektrolisis dan rumah saya saja cuma Rp30.000/bulan," katanya.

Banyak daerah lain yang kini tertarik mengikuti jejak warga Desa Bunder. Beberapa kali Ketua Komunitas Kandang Udan ini  diminta untuk memberikan pelatihan dan pembuatan contoh instalasi air elektrolisis. "Saya pernah diminta membuatkan contoh di Boyolali, dan pernah dari Malang ke sini," katanya.

Meski rutin memanen air hujan, tapi tidak jarang stok yang mereka miliki tidak mampu mencukupi kebutuhan air setiap tahunnya. Jika musim kemarau panjang, masyarakat tetap harus membeli air secara mandiri. Tapi,  jika kemarau pendek, air hujan yang dikumpulkan pada bak penampungan mampu mencukupi kebutuhan air hingga musim hujan kembali.

Oleh karena itu, warga desa juga menginginkan agar pemerintah membangunkan sumur bor. Dengan begitu, masyarakat tidak bingung mencari sumber air alternatif saat musim kemarau.

Untuk membuat sumur bor di daerah setempat membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apalagi untuk mencapai mata air, bor bisa sampai kedalaman 200 meter.  Pernah ada pihak swasta yang mencoba membuatkan sumur bagi warga, namun hingga saat ini belum berhasil meskipun telah enam kali dilakukan percobaan pengeboran.

Air adalah sumber kehidupan. Penggunaan air kini semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pemanfaatan air harus bijaksana. Masyarakat dalam menggunakan air hendaknya berhemat. Sebab, bijak menggunakan air merupakan perwujudan cinta pada bumi dan tekad  terbebas dari krisis air.
 


Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024