Logo Header Antaranews Jateng

Pemkot Surakarta targetkan realisasi investasi capai Rp1,2 triliun

Kamis, 30 Mei 2024 08:38 WIB
Image Print
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Surakarta Andriyani Sasanti (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Rabu (29/5/2024). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta menargetkan realisasi investasi pada tahun ini dapat mencapai Rp1,2 triliun menyusul capaian menggembirakan pada tahun lalu.

"Tahun lalu target investasi Rp600 miliar dan terealisasi Rp917 miliar. Jadi realisasinya lebih dari 100 persen," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Surakarta Andriyani Sasanti di Solo, Jawa Tengah, Rabu.

Untuk tahun ini, dari target investasi tersebut hingga triwulan pertama realisasinya sudah mencapai angka Rp400 miliar.

"Kalau UMKM pasti jadi bagian dari ini, tapi kan di sini ada banyak sektor. Di tempat kami tidak hanya UMKM, tapi memang persentase UMKM lumayan besar. Tahun lalu juga UMKM lebih dari separonya," katanya.

Terkait penawaran investasi, dikatakannya, setiap tahun Kota Surakarta ikut terlibat dalam Central Java Investment Business Forum (CJIBF).

"Di Jawa Tengah ada CJIBF, di situ setiap kota/kabupaten harus menawarkan, termasuk apa investasi yang berdampak besar. Bahkan tahun lalu Surakarta nomor satu Se-Jateng terkait pengajuan investasi yang berpotensi, yakni pengolahan limbah B3 (bahan berbahaya beracun) medis," katanya.

Ia mengatakan untuk investasi di bidang tersebut sudah banyak investor yang berminat, di antaranya ada dari Korea, Jepang, dan China.

"Saat ini masih berproses. Tahun ini kami tawarkan lagi seperti apa investasi pengolahan limbah B3 medis ini karena memang potensinya luar biasa dan selama ini yang mengelola swasta," katanya.

Ia mengatakan investasi terbagi ke dalam tiga sektor, yakni sektor primer, sekunder, dan tersier. Menurut dia, di Solo kebanyakan investasi di bidang tersier atau jasa lainnya, selain itu ada beberapa di sektor sekunder.

"Yang pertama karena kami tidak punya kawasan industri, kekayaan sumber daya alam sehingga menjadikan sektor primer tidak bisa menghasilkan investasi maksimal. Jadi kebanyakan tersier dan beberapa sekunder, termasuk perhotelan, industri kecil, jasa lainnya," katanya.

Baca juga: Ekspo investasi ramaikan Solo Great Sale

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024