Logo Header Antaranews Jateng

Benyamin Davnie ikut kampanyekan kental manis bukan susu

Kamis, 4 Juli 2024 15:48 WIB
Image Print
Benyamin Davnie saat menyosialisasikan kental manis bukan susu, gulanya sangat tinggi bisa mencapai 50 persen, karena itu tidak baik untuk kesehatan anak. ANTARA/Ist
Semarang (ANTARA) - Beragam kalangan terus ikut ambil bagian mengkampanyekan kental manis bukanlah susu dan tidak tepat diberikan kepada anak-anak, apalagi dengan alasan untuk pemenuhan gizi. Benyamin Davnie ikut mengkampanyekan hal tersebut pada HUT ke-73 Ikatan Bidan Indonesia akhir Juni 2024.

"Saya khawatir tanpa edukasi yang memadai, persoalan gizi ini diabaikan masyarakat kita terutama para keluarga muda," kata Benyamin yang merupakan Kepala Daerah Kota Tangerang yang dalam kesempatan tersebut juga mengingatkan tingginya kandungan gula pada kental manis.

Ia melihat masyarakat terutama keluarga muda kerap mengeyampingkan kebutuhan gizi anak karena ibu membiarkan anak memakan yang disukai saja seperti makanan yang bercita rasa gurih, tinggi kandungan gula, padahal belum tentu ada gizinya.

Kandungan gula di dalam kental manis, dikatakan Benyamin menjadikannya tidak tepat diberikan kepada anak, terlebih dimaksudkan sebagai pengganti susu untuk pemenuhan gizi. 

Kesalahan konsumsi ini dapat membuat anak mengalami berbagai masalah tumbuh kembang bahkan memunculkan penyakit seperti diabetes.

"Kental manis bukan susu untuk anak, gulanya sangat tinggi bisa mencapai 50 persen, karena itu tidak baik untuk kesehatan anak," kata Benyamin.

Putri Ayu Anisya yang merupakan anggota legislatif daerah setempat mengatakan edukasi salah konsumsi kental manis perlu semakin digencarkan. Pasalnya, hingga kini banyak orang tua memberikan kental manis yang dianggap sebagai susu kepada anaknya.

"Jika ibu tidak dibekali dengan pengetahuan gizi, maka kita tidak akan bisa menyelesaikan kesalahan konsumsi kental manis ini," kata Ayu.

Salah satu warga Kampung Baru, Serpong Utara yakni Lisnah yang hadir pada acara itu  mengakui kerap menggunakan kental manis sebagai pengganti susu. 

Lisnah menceritakan sudah memberikan kental manis sebagai susu selama dua tahun terakhir dengan tujuan awal agar anaknya bisa lebih berisi. 

Setelah sosialisasi, Lisnah mengaku baru mendapat pemahaman bahwa tindakannya dengan memberikan kental manis kepada anaknya tidak tepat. 
 

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024