Logo Header Antaranews Jateng

Ada Festival Thek Thek di Boyolali

Kamis, 8 Agustus 2024 16:07 WIB
Image Print
Salah satu peserta Festival Thek Thek 2024 yang beraksi di Gelanggang Anuraga Kabupaten Boyolali, Jateng, Kamis (8./8/2024). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) setempat menggelar Festival Thek Thek 2024 untuk membangkitkan seni tradisional dari bahan kayu dan bambu di Gelanggang Anuraga, Kamis.

Kepala Diskominfo Kabupaten Boyolali Bony Facio Bandung mengatakan acara Festival Thek Thek 2024 digelar selama dua hari yakni Kamis (8/8) hingga Jumat (9/8) di Gelanggang Anuraga Boyolali dengan diikuti oleh puluhan peserta se-kabupaten setempat.

"Festival yang bertema Mentradisikan Boyolali Kaya Cerita ini digelar untuk melestarikan budaya dan komunikasi tradisional yang ada di Kabupaten Boyolali," kata Bony Facio Bandung.

Menurut dia, akhir-akhir ini budaya dan tradisi Jawa hampir tergerus dengan budaya luar. Karena itu pemerintah harus hadir dalam memfasilitasi seni-seni tradisi yang ada di wilayah Boyolali.

"Kami mestinya malu karena seni karawitan di Amerika dan Inggris itu justru banyak gemari. Kami yang orang Indonesia asli justru tidak cinta dengan tradisinya sendiri," katanya.

Sementara itu Ketua FK Metra Boyolali Ribut Budi Santoso mengatakan festival tersebut hampir sama dengan tahun sebelumnya. Hanya sedikit perbedaan di alat musik yang digunakan oleh peserta yang menjadi salah satu syarat penilaian.

"Syaratnya hampir sama dengan yang sebelumnya. Sekarang, semua alatnya harus inovasi dari kayu dan bambu, tidak boleh menggunakan alat yang lain," katanya.

Menurut dia, Festival Thek Thek 2024 menjadi salah satu upaya untuk mentradisikan budaya yang hampir punah. FK Metra, kata Ribut, punya agenda rutin untuk mengangkat kembali media tradisional agar tetap lestari dengan menggunakan media kayu dan bambu.

Durasi waktu penampilan masing-masing peserta dibatasi antara 30 menit sampai 35 menit, yang tampil di depan lima dewan juri dari seniman dan akademisi.

Salah satu peserta, Tri Handayono mengatakan senang bisa mengikuti festival rutin setiap tahun dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat.

"Kami ke depan khususnya generasi muda bisa nguri-uri budaya leluhur kami supaya tidak hilang. Jadi untuk motivasi anak-anak muda," kata seniman asal Kelompok Suko Pari Suko, Kecamatan Boyolali.
 

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024