Balai ternak Baznas RI wujudkan kedaulatan pangan
Jumat, 23 Agustus 2024 13:59 WIB
Balai ternak kambing yang didirikan Badan Amil Zakat Nasional (Basnas) merupakan salah satu gerakan untuk mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
Sesuai data akumulasi 2020-2024, sebaran Balai Ternak Baznas RI, antara lain berada di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Salah satu Balai Ternak Baznas adalah Ponjen Tani di Desa Bomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, yang baru diresmikan pekan ini dengan jumlah ternak 190 ekor kambing dan dipelihara 20 peternak dari kalangan mustahik atau orang yang berhak menerima zakat.
Bagi Baznas, peternakan sangat penting karena Indonesia rata-rata tidak kurang 200.000 ton itu masih mengimpor daging, sehingga dengan begitu tidak sedikit dana yang mengalir ke luar negeri untuk membeli daging.
Dengan memperhatikan masalah peternakan, maka ketahanan pangan akan tercukupi, sekaligus kedaulatan pangan juga mampu tercukupi dari dalam negeri sendiri.
Dengan berdaulat, maka tidak perlu ada impor, termasuk melalui upaya peternakan sendiri. Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 293 juta orang, maka jika setiap keluarga memiliki usaha peternakan, maka negeri kita tidak perlu lagi mengimpor daging.
Potensi yang dimiliki bangsa kita sebetulnya merupakan anugerah dari Allah SWT kepada umat manusia untuk disyukuri, dengan cara dikembangkan dan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan daging di negeri sendiri.
Secara historis, kambing adalah bagian dari perjalanan hidup Rasulullah Muhammad SAW yang di waktu kecil hingga remaja merupakan seorang penggembala kambing. Nabi Musa, juga menggembala kambing, bahkan, mahar untuk menikahi putri Nabi Syuaib juga dari hasil menggembala kambing selama delapan tahun dan disempurnakan menjadi 10 tahun.
Dengan demikian, sebetulnya ada keterkaitan sejarah antara kenabian dengan usaha peternakan. Dalam konteks agama, peternakan itu merupakan simbol betapa pentingnya usaha tersebut.
Peternakan yang sekarang dibantu oleh Baznas, adalah dana yang suci, dana yang baik dan bersih, kemudian digunakan untuk usaha peternakan yang sangat dekat dengan sejarah kerasulan/kenabian. Usaha ini memiliki banyak keberkahan karena ada nilai meneladani apa yang dilakukan oleh nabi-nabi, khususunya Muhammad SAW.
Karena itu, Baznas sangat memberikan perhatian terhadap usaha peternakan, karena sumbernya dari sesuatu yang bersih dan merupakan upaya keberlanjutan dari kehidupan kenabian dan pada akhirnya sangat bermanfaat bagi semua kalangan.
Mengingat potensi yang begitu menjanjikan itu, Baznas menargetkan setiap kabupaten atau kota minimal ada satu balai ternak, sehingga dengan demikian semua kebutuhan kebutuhan daging bagi masyarakat kita akan mampu dipenuhi secara mandiri. Saat ini ada 36 balai ternak kambing yang sudah dirikan, termasuk beberapa di antaranya merupakan balai ternak ayam.
Dengan membagikan dana untuk modal usaha beternak ini, lembaga yang merupakan representasi hadirnya negara untuk menyauti kebutuhan warga itu tidak mewajibkan penerima untuk mengembalikan dana tersebut. Meskipun demikian, para penerima bantuan tetap mendapatkan pendampingan, baik terkait teknis peternakan maupun manajemen modal dan penghasilan.
Dengan pendampingan intensif itu, program tersebut berjalan dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan warga yang selama ini berstatus sebagai mustahik, sehingga nantinya statusnya meningkat menjadi pemberi zakat alias menjadi orang mampu. Ketika berstatus sebagai orang mampu, maka mereka memiliki kewajiban lain, yakni membantu orang yang belum mampu.
Melalui Balai Ternak Ponjen Tani ini, lembaga tersebut menyelenggarakan pemberdayaan produktif dan ekonomi produktif melalui balai ternak.
Balai ternak di Wonosobo ini memberdayakan 20 mustahik, masing-masing mendapatkan 19 ekor kambing. Dari jumlah itu, separuhnya untuk penggemukan dan separuhnya merupakan indukan yang diupayakan untuk menghasilkan bibit berkualitas baik.
Pemerintah Kabupaten mengakui bahwa bantuan dari badan nirlaba itu sangat bermakna bagi pemerintah dan warga yang kini terus berupaya untuk mewujudkan kemakmuran dan mengentaskan penduduk miskin.
Karena itu, pemerintah daerah terus mengingatkan kepada warga penerima bantuan untuk menjalankan usahanya dengan serius dan penuh tanggung jawab, sehingga hasil yang diperoleh bukan hanya bernilai ekonomi, tetapi juga memiliki nilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Pemerintah kabupaten juga optimistis bantuan untuk usaha ternak ini juga akan berdampak pada rata-rata lama sekolah di daerah itu, yang selama ini baru pada di tingkat SMP, nantinya akan terus meningkat seiring kemampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada akhirnya, pemkab optimistis, Wonosobo akan menjadi salah satu kabupaten yang berkontribusi besar bagi terwujudnya kedaulatan pangan dari sisi pemenuhan kebutuhan daging oleh warga sendiri. Kolaborasi berbagai pihak memang menimbulkan optimisme besar untuk mewujudkan segala upaya pemerintah untuk memakmurkan warganya.
Sejumlah warga mengaku sangat berterima kasih dengan bantuan ternak ini, karena selama ini mereka beternak dengan fasilitas terbatas, dengan memelihara ternak milik orang lain, dengan sistem bagi hasil. Dengan bantuan dan pendampingan tersebut, warga penerima tidak perlu bingung ketika menghadapi masalah teknis dengan ternak peliharaannya.
Baca juga: BI-TPID Jateng kampanyekan produk olahan pangan
Pewarta : Heru Suyitno
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024