Logo Header Antaranews Jateng

Membangun agen perubahan peduli lingkungan dengan cara kreatif

Jumat, 21 Februari 2025 11:34 WIB
Image Print
Diannita Ayu Kurniasih, M.Pd., Kepala SDN 2 Sukorejo, mendampingi siswa cara kreatif memanfaatkan dan mengolah sampah. Dok. SDN 2 Sukorejo Kendal
Setiap sampah bisa bercerita. Sekarang, setiap melihat sampah, saya jadi berpikir, bisa jadi apa ya (sampah) ini

Kendal (ANTARA) - Pagi itu, suasana SDN 2 Sukorejo Kabupaten Kendal terasa lebih semarak dari biasanya. Siswa-siswi dengan semangat membawa berbagai barang bekas; botol plastik, kardus, hingga tutup botol.

Bukan untuk dibuang, melainkan diubah menjadi sesuatu yang lebih berguna. Semua itu dilakukan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional. Namun, di sekolah ini, aksi peduli lingkungan bukan sekadar seremoni sesaat.

“Setiap sampah bisa bercerita,” ungkap Diannita Ayu Kurniasih, M.Pd., Kepala SDN 2 Sukorejo, dengan senyum hangat. “Kami ingin anak-anak melihat sampah bukan sebagai sesuatu yang harus disingkirkan, melainkan sebagai peluang untuk belajar dan berkreasi.”

Seluruh warga sekolah memulai kegiatan dengan membersihkan dan memilah sampah di sekitar lingkungan sekolah. Setelah itu, kegiatan berlanjut di kelas dengan berbagai aktivitas kreatif berbasis daur ulang. Setiap kelas diberi tantangan untuk mengolah sampah menjadi media belajar yang unik. Hasilnya benar-benar di luar dugaan.

Siswa kelas satu memanfaatkan tutup botol bekas sebagai alat peraga interaktif untuk melatih keterampilan numerasi dasar, seperti penjumlahan dan pengurangan secara konkret. Di kelas dua, mereka membuat tirai jendela dari gelas plastik bekas minuman. Sementara itu, kelas III mengubah botol bekas menjadi media permainan bowling untuk belajar kartu soal.

Kreativitas semakin terlihat di kelas empat yang memanfaatkan bungkus plastik bekas makanan ringan sebagai media tanam pohon sancang. Kelas V bahkan membuat patung konstruksi dari kardus bekas dan akuarium dari kaca etalase lama. Dan di kelas VI, botol bekas diubah menjadi pot untuk menanam lili paris.

“Kami diajarkan bagaimana sampah itu bisa punya nilai, asal kita tahu cara memanfaatkannya,” kata Nayla, siswa kelas V yang terpilih menjadi kader adiwiyata. “Sekarang, setiap melihat sampah, saya jadi berpikir, bisa jadi apa ya (sampah) ini?”

Menurut Diannita, yang juga fasilitator daerah Tanoto Foundation, kegiatan seperti ini tidak hanya membuat anak-anak lebih kreatif, tetapi juga selaras dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Mereka belajar tentang pentingnya pendidikan berkelanjutan, manajemen limbah, dan bahkan aksi nyata untuk menanggulangi perubahan iklim. 

“Sebagai kepala sekolah, saya masih terus belajar bagaimana menerapkan target-target SDGs di sekolah,” jelas Diannita.

“Saya mulai memahami bahwa konsep SDGs bukan sesuatu yang rumit, tetapi bisa diwujudkan melalui langkah kecil, seperti kegiatan pengelolaan sampah yang kami lakukan. Ini sekaligus menjadi cara bagi kami untuk menanamkan kesadaran lingkungan kepada anak-anak sejak dini. Siapa tahu, di masa depan mereka menjadi pemimpin yang peduli pada lingkungan,” tambahnya.

Bukan hanya sampai di sini, sekolah juga membentuk kader adiwiyata dari siswa kelas IV dan V. Mereka adalah agen perubahan kecil yang bertugas menyebarkan semangat peduli lingkungan kepada teman-temannya. Para kader ini telah dibekali keterampilan mengelola sampah dengan benar. Mulai dari memilah, mendaur ulang, hingga membuat rencana aksi lingkungan sederhana.

“Kalau sudah terbiasa, semua terasa mudah. Sekarang saya tahu bahwa nyampah (membuang sampah sembarangan) itu sama saja seperti membuang peluang,” ujar Nayla sambil tersenyum bangga. ***



Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2025