Ketahanan Pangan Jateng di Tengah Kemarau
Selasa, 11 September 2012 10:39 WIB
Waduk yang peresmiannya oleh Presiden H.M. Soeharto pada tanggal 18 Mei 1991 itu bakal mengairi kembali lahan seluas kurang lebih 70.000 hektare sejak penutupan pintu air pada tanggal 1 Juli 2012. Yang melatarbelakangi penutupan pintu air itu tidak lepas dari ketersediaan air yang hanya mampu untuk mengairi areal persawahan dalam kurun waktu terbatas (86 hari). Dengan demikian, pada MT II-2012, tidak akan kekurangan air.
Jawa Tengah--sebagaimana dikatakan Gubernur Bibit Waluyo--optimistis ketersediaan pangan aman meski 11 waduk di provinsi ini mengering akibat musim kemarau. "Ketahanan pangan Jawa Tengah, khususnya beras masih sangat kuat," begitu kata mantan Panglima Komando Stategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letnan Jenderal (Purn) Bibit Waluyo kepada pers.
Jika dibandingkan dengan provinsi lain, misalnya, Jawa Barat, Jateng relatif mampu bertahan di tengah musim kering. Pasalnya, hingga 28 Agustus 2012, kekeringan di Jabar meningkat 7,4 persen. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Endang Suhendar, menyebutkan kekeringan di Jabar mencapai 64.670 hektare per 28 Agustus 2012.
Data yang disebut oleh Endang (almarhum, meninggal pada hari Senin, 3 September 2012) tersebut meningkat dari jumlah yang pernah dirilis sebelumnya, yakni sebesar 59.895 hektare. Dari luas tersebut, yang mengalami puso sekitar 14.731 hektare, dan terancam gagal panen 34.760 hektare. (Sumber: Pikiran Rakyat).
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pun lantas meminta masyarakat agar hemat pangan selama musim kemarau dengan cara menjaga persediaan lumbung padi sehingga dapat cukup sampai musim panen tiba. (Sumber: ANTARA).
Pada musim kering tahun ini, ada nuansa lain jika Jateng dibandingkan dengan provinsi tetangga itu. Bibit mengklaim cadangan pangan di Jateng mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah hingga Februari 2013. Bahkan, dia mengatakan bahwa prognosa pengadaan beras Bulog sebesar 781.000 ton telah terpenuhi sekitar 95 persen.
Gubernur Jateng menegaskan kembali bahwa kondisi sejumlah waduk yang telah mengalami kekeringan tidak akan mengganggu ketahanan pangan provinsi ini. Dikatakan pula, MT II-2012, pihaknya akan membuka pintu air Waduk Kedung Ombo untuk pengairan masa tanam yang berlangsung pada bulan Oktober. Dia pun memperkirakan panen pada bulan Januari 2013.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng Prasetyo Budi Juwono meyakini bahwa kondisi sejumlah waduk yang telah mengering akibat musim kemarau yang masih berlangsung hingga akhir Agustus 2012 itu tidak akan berpengaruh terhadap target produksi pangan Jateng yang menjadi salah satu daerah pendukung program swasembada beras 2014 sebesar 10 juta ton.
Pernyataan Bibit dan Prasetyo melegakan dan menumbuhkan rasa aman warga Jateng. Kendati demikian, semua pihak perlu ikut menjaga dan merawat waduk--kurang lebih 32 waduk yang tersebar di sejumlah daerah di Jateng, antara lain, Waduk Bade, Waduk Banaran, Waduk Baran, Waduk Bentolo, Waduk Botok, Waduk Cacaban, dan Waduk Cengklik.
Selain itu, Waduk Cindelaras, Waduk Donosari, Waduk Gambringan, Waduk Glagahrejo, Waduk Gosek, Waduk Jatigrombol, Waduk Jombor, Waduk Kedungombo, Waduk Kedunguling, Waduk Lalung, Waduk Mojoendok, Waduk Mrica, Waduk Mulur, Waduk Ngancar, Waduk Parangjoho, Waduk Pare, Waduk Sange, Waduk Sempor, Waduk Serbaguna Gajahmungkur, Waduk Sidorejo, Waduk Songputri, Waduk Sonorejo, Waduk Suru, Waduk Tirtomarto, Waduk Wadaslintang, dan Waduk Winong.
Keberadaan puluhan waduk itu, terbukti, mampu mengatasi kekeringan, khususnya di Jateng pada tahun ini, sekaligus keberadaannya untuk menambah layanan irigasi nasional plus untuk pembangkit tenaga listrik, seperti halnya Waduk Kedung Ombo, yang memiliki kapasitas 22,5 megawatt.
Kepiawaian dalam hal mengatur pintu-pintu air waduk dengan tetap membaca gelagat alam merupakan salah satu kunci sukses mengatasi ketersediaan air pada musim kering saat inii, di samping tetap menjaga kelestarian alam.
Swasembada beras yang pernah sukses pada tahun 1984 pun bakal kita raih kembali. Kita pun tak akan tergantung pada impor beras dalam mencukupi kebutuhan pangan nasional. Asa ini akan terwujud jika kita tidak mudah tergoda dengan kebutuhan sesaat yang bakal mencelakakan kita semua.
Pewarta : -
Editor:
Kliwon
COPYRIGHT © ANTARA 2025