Karnaval Ogoh-Ogoh Usung Pluralisme
Minggu, 10 Maret 2013 18:42 WIB
Karnaval yang dimulai dari halaman Balai Kota Semarang dengan rute Jalan Pemuda-Jalan Pandanaran, dan berakhir di Kawasan Simpang Lima Semarang tersebut diikuti sekitar 500 peserta yang berasal dari lintas agama dan mengusung empat ogoh-ogoh.
Sejumlah komunitas yang menjadi peserta karnaval di antaranya berasal dari komunitas budaya Dayak dan Papua yang berpakaian khas daerah masing-masing, komunitas pecinan, tarian Semarangan, Liong Samsi, dan rebana yang dibawakan oleh perwakilan dari pondok pesantren.
Keberagaman peserta karnaval seni budaya dan Ogoh-ogoh juga terlihat dari jumlah peserta lainnya yakni perwakilan Wihara Mahabodhi, Wihara Tanah Putih, dan perwakilan dari Gereja Kebon Dalem.
Peserta karnaval lainnya pasukan prajurit Majapahit, pasukan prajurit Keraton Solo, serta ada taruna dari Arhanud dan Penerbad yang membawa ogoh-ogoh, serta barisan taruna Akpol yang membawakan musik pengiring ogoh-ogoh.
Empat ogoh-ogoh yang diusung dalam karnaval tersebut yakni Sri Krishna Awatara (baik, kepribadian Tuhan), Butho Ijo (kekuatan alam), Raksasa Hiranya Kasipu (lambang kejahatan) dan Narasimha (lambang kebajikan).
Plt Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang memimpin upacara pelepasan karnaval mengatakan bahwa kegiatan seni budaya dan ogoh-ogoh diharapkan dapat mendukung program Ayo Wisata ke Semarang dan mendukung program Visit Jateng 2013.
"Peserta karnaval yang berasal dari beragam komunitas juga menunjukkan adanya keberagaman dan toleransi antarumat beragama di Kota Semarang," katanya.
Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Taufan Yuristian menambahkan bahwa ogoh-ogoh merupakan khas Bali dan dibawa ke Semarang dengan mengusung seni budaya Nusantara serta pluralisme.
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor:
M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024