Mengintip Kesiapan Moda KA Hadapi Lebaran
Kamis, 25 Juli 2013 07:45 WIB
Rupanya, KA Argo Bromo Anggrek yang sarat penumpang dari Stasiun Gambir, Jakarta, baru saja tiba di Kota Semarang, tak berapa lama kuda besi itu melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir, Surabaya.
Suasana di Stasiun Tawang Semarang kembali lengang, para calon penumpang yang akan menaiki KA berikutnya terlihat satu persatu memasuki ruang tunggu penumpang di areal dalam stasiun tersebut.
Moda KA memang menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat yang ingin bepergian, termasuk mereka yang akan menunaikan budaya mudik Lebaran setiap tahun karena aspek kenyamanan dan keamanannya.
Kini, bepergian menggunakan angkutan KA terasa sangat berbeda dibanding dulu, tak ada lagi penumpang yang berdiri di gerbong, tak ada kepulan asap rokok sepanjang perjalanan, dan pedagang asongan.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) sepertinya terus berbenah untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan penumpang, termasuk yang dilakukan Daerah Operasi IV Semarang di wilayah kerjanya.
Bahkan, kini tak ada lagi barisan panjang para calon penumpang yang akan membeli tiket mengantre di loket Stasiun Tawang Semarang, sebab sistem antrean elektronik sudah disiapkan sehingga berjalan tertib.
Lantas, bagaimana kesiapan PT KAI, khususnya Daops IV Semarang dalam menghadapi arus mudik Lebaran yang sebentar lagi tiba. Masa angkutan Lebaran ditetapkan selama 22 hari, mulai 29 Juli-19 Agustus 2013.
Kepala PT KAI Daops IV Semarang Totok Suryono menegaskan kesiapannya menghadapi arus mudik dan balik Lebaran tahun ini, mulai kesiapan sarana, prasana, hingga sumber daya manusia (SDM) operasionalnya.
Beberapa waktu lalu, tepatnya Selasa (23/7) dirinya mengecek kesiapan sarana angkutan KA di Dipo Induk Kereta/Gerbong Semarang Poncol. Saat itu, masih ada 12 KA yang tengah menjalani pemeliharaan.
Pada masa angkutan Lebaran 1434 Hijriah, Daops IV Semarang akan menyiapkan 119 KA dan 16 unit lokomotif untuk melayani penumpang, termasuk di antaranya 12 KA yang sedang dicek di Dipo KA/Barang Poncol.
Kesiapan yang dilakukan pun mencakup antisipasi menghadapi bencana alam di titik-titik rawan, seperti banjir yang kerap menggenangi perlintasan di Semarang, seperti perlintasan Stasiun Tawang-Alastua.
"Berkaca dari pengalaman, banjir itu mengakibatkan lokomotif diesel elektrik yang biasanya digunakan tidak bisa melintas. Hanya lokomotif diesel hidrolik yang bisa melewati genangan," ungkapnya.
Solusinya, dua lokomotif diesel hidrolis disiapkan jika sewaktu-waktu terjadi banjir, terutama untuk menarik rangkaian KA melewati genangan banjir dari Stasiun Tawang ke Alastua, demikian sebaliknya.
Namun, titik banjir yang dipetakan ternyata tak hanya ada di Kota Semarang, melainkan tersebar di 57 titik di berbagai daerah, mulai Tegal, Pemalang, Petarukan, Pekalongan, Weleri, Cepu, hingga Bojonegoro.
Selain titik rawan banjir, di wilayah Daops IV Semarang setidaknya terdapat 51 titik rawan tanah ambles yang tersebar di berbagai daerah, kemudian sebanyak 47 titik perlintasan yang rawan tanah longsor.
Mengantisipasi kejadian di titik-titik rawan, Daops IV Semarang petugas untuk berjaga di daerah-daerah rawan, baik yang rawan banjir, longsor, hingga perlintasan yang memiliki kontur tanah cenderung lembek.
Penjagaan Perlintasan Liar
Masih soal antisipasi titik-titik rawan, PT KAI juga akan menyiapkan Alat Material Untuk Siaga (AMUS) di lokasi-lokasi strategis agar bisa segera bergerak jika terjadi masalah di perlintasan-perlintasan itu.
AMUS bisa berupa material pasir, kricak-kricak atau kerikil, dan bantalan kayu yang telah disiapkan secara khusus di lokasi-lokasi strategis, terutama dalam menghadapi arus mudik dan balik Lebaran tahun ini.
Semisal terjadi banjir di salah satu ruas perlintasan yang mengakibatkan bantalan rel tergerus, tim bisa bergerak cepat untuk mengatasi permasalahan dengan menambah material di bantalan rel yang tergerus.
Tak cukup itu, juru pemeriksa jalan (JPJ) juga disiapkan secara ekstra sebanyak 65 orang untuk membantu tugas para JPJ yang sudah ada sebelumnya. Setiap stasiun rata-rata diperkuat oleh dua orang JPJ.
Para JPJ bertugas mengecek perlintasan sebelum KA berangkat dari satu stasiun ke stasiun lain secara estafet dengan JPJ lainnya, bergantung pada wilayah stasiun yang menjadi penempatan tugas mereka.
Kepala Humas PT KAI Daops IV Semarang Sapto Hartoyo menambahkan JPJ akan bergerak dari stasiun penempatan mereka ke stasiun berikutnya untuk memeriksa perlintasan KA, antara lain sebelum KA akan berangkat.
Setelah sampai di stasiun berikutnya, tugas mereka akan dilanjutkan para JPJ di stasiun tersebut yang juga bertugas mengecek dan memeriksa perlintasan KA menuju stasiun selanjutnya, demikian seterusnya.
Namun, pekerjaan rumah (PR) PT KAI rupanya tak berhenti di situ, masih ada banyak tugas yang harus diselesaikan, termasuk keberadaan perlintasan yang selama ini tidak dijaga sehingga rawan kecelakaan.
Perlintasan KA yang tak dijaga, ternyata bukan semata perlintasan liar yang dibuka oleh masyarakat yang tinggal di sekitar, tetapi ada pula perlintasan yang berstatus resmi tetapi belum dijaga.
Setidaknya, ada sebanyak 198 perlintasan liar yang ada di wilayah Daops IV Semarang yang semuanya tidak dijaga tersebar di 15 daerah, mulai Tegal, Pemalang, Petarukan, Pekalongan, Semarang, hingga Bojonegoro.
Berdasarkan data PT KAI tersebut, perlintasan liar paling banyak terdapat di daerah Bojonegoro sebanyak 15 titik, kemudian Semarang sebanyak 40 titik, Gubug sebanyak 24 titik, kemudian Kradenan 14 titik.
Sementara perlintasan resmi yang tidak dijaga tercatat sebanyak 396 titik yang hampir merata di berbagai daerah, antara lain Tegal sebanyak 11 titik, Pemalang 12 titik, Weleri 21 titik, dan Bojonegoro 28 titik.
Menghadapi arus balik dan mudik yang secara automatis terjadi peningkatan arus lalu-lintas KA tentunya keberadaan perlintasan yang tidak dijaga itu patut mendapatkan perhatian karena sangat membahayakan.
Untuk mengatasinya, Daops IV Semarang akan mengerahkan petugas jaga lintasan (PJL) ekstra, yakni sebanyak 97 orang untuk membantu tugas pada PJL yang sudah ada, terutama di perlintasan yang sebelumnya tak terjaga.
Keberadaan jalur ganda (double track) KA juga diklaim mampu memperlancar lalu-lintas KA meski saat ini belum sepenuhnya rampung dari Jakarta ke Surabaya, melainkan baru terselesaikan pada petak-petak tertentu.
Memang, pembangunan jalur ganda KA merupakan kewenangan satuan kerja (satker) Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, sementara PT KAI hanya membantu dalam penertiban lahan untuk proyek itu.
Meski demikian, pengoperasian petak jalur ganda yang sudah rampung bisa sedikit membantu, antara lain di wilayah Daops IV Semarang yang menghubungkan Tegal hingga Ujungnegoro Batang sejauh 74 kilometer.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024