Logo Header Antaranews Jateng

Mengintip celah Indonesia agar lolos dari sanksi berat FIFA

Jumat, 31 Maret 2023 09:49 WIB
Image Print
Sejumlah pesepak bola Bhayangkara FC dan Rans Nusantara FC foto dengan membentangkan banner duka cita atas gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, saat lanjutan Liga 1 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (30/3/2023). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/rwa. (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)
Jakarta (ANTARA) - Kenyataan kelam itu datang tatkala Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada Rabu (29/3) malam WIB secara resmi mengumumkan pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola FIFA U-20 2023.

Esok harinya, langit Jakarta seolah merasakan kesedihan dan kekecewaan masyarakat Indonesia. Hujan deras mengguyur ibu kota.

Kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Senayan, Jakarta, berhias deretan karangan bunga lengkap dengan beragam kalimat, namun senada, memberikan semangat.

Di tempat berbeda, di Hotel Sultan, Senayan, para pesepak bola muda Indonesia menunjukkan wajah lesu dengan pita hitam melingkar di lengan. Hokky Caraka dan kawan-kawan berkumpul bersama dengan pelatih, staf, serta jajaran pengurus PSSI yang juga hadir dengan perasaan yang sama. Sedih dan kecewa.

Dalam dua tahun terakhir, mereka berlatih keras di dalam maupun luar negeri. Menguras fisik dan mental. Jauh dari orang tua dan sahabat mereka jalani untuk impian tampil di Piala Dunia U-20.

Namun harapan skuad Garuda Muda runtuh seketika. Satu slot peserta di pesta sepak bola terakbar usia muda itu hilang seiring pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah.

Pencoretan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menjadi pukulan telak bagi Indonesia yang telah lama mempersiapkan diri sebagai tuan rumah pesta sepak bola di dunia tersebut. Dari aspek mana pun, sudah pasti rugi.

Menilik ke belakang, Indonesia mendapat status tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2019 setelah bersaing dengan Brasil dan Peru. Kala itu, Piala Dunia U-20 seharusnya bergulir pada 2021, namun pandemi COVID-19 memaksa ajang tersebut ditunda hingga 2023.

Indonesia terus bekerja keras membangun sarana dan prasarana, di antaranya memperbaiki enam stadion di Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Palembang, dan Bali untuk memenuhi standar FIFA.

Masyarakat Indonesia pun bersemangat karena ini menjadi kali pertama Tanah Air tercinta menjadi penyelenggara.

Seiring berjalannya waktu, persoalan itu tiba. Sejumlah pihak mulai melontarkan keberatan, khususnya ketika Israel yang tahun lalu lolos kualifikasi Piala Dunia U-20 untuk pertama kalinya.

Seruan penolakan Israel makin menyeruak mendekati tanggal penyelenggaraan, yakni 20 Mei-11 Juni 2023. Semula FIFA tetap yakin Indonesia dapat mengatasi segala persoalan yang ada.

Bahkan FIFA tetap dalam keputusan untuk menggelar Piala Dunia U-20 di Tanah Air, meski terjadi Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menghilangkan 135 nyawa.

Namun penolakan dari beberapa pejabat tinggi di daerah membuat FIFA pada Minggu (26/3) mengumumkan untuk menunda dan akhirnya membatalkan drawing atau pengundian grup di Bali yang seharusnya terlaksana Jumat (31/3).

Pembatalan tiba-tiba dari acara pengundian grup memicu kekhawatiran Indonesia kehilangan status tuan rumah.

Benar saja, FIFA akhirnya resmi mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Meski faktanya, FIFA tidak merinci alasan konkret keputusan tersebut, mereka hanya menyatakan "karena keadaan saat ini".

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024