Logo Header Antaranews Jateng

Pengamanan Situs Patiayam Kudus Libatkan Masyarakat

Rabu, 30 Oktober 2013 11:37 WIB
Image Print
Sejumlah pelajar SMP Kristen YSKI Semarang mengamati fosil kerang purba di Rumah Fosil Situs Patiayam, Terban, Kudus, Jateng, Kamis (10/10). Kegiatan edukasi luar ruang tersebut guna mengenalkan secara langsung fosil purba. FOTO ANTARA/ Andreas Fitri


Keterlibatan masyarakat dalam pengamanan kawasan situs purbakala yang ada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus itu, merupakan hasil perjuangan pemda setempat dalam memberikan pemahaman tentang situs.

Pada awalnya, keberadaan situs tersebut memang kurang mendapatkan respons masyarakat karena belum mengetahui perkembangan mendatang dan manfaat yang bakal dirasakan juga belum ada jaminan.

"Setelah ada upaya pendekatan terhadap masyarakat tentang manfaat keberadaan situs dan upaya pengembangan yang akan dilakukan pemkab mendatang, akhirnya masyarakat mulai memahami," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Hadi Sucipto di Kudus.

Selain itu, lanjut dia, sosialisasi terhadap masyarakat juga rutin dilakukan hingga terbentuk Paguyuban Pelestari Situs Patiayam dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) .

Meski demikian, lanjut dia, pendekatan terhadap masyarakat masih tetap dilakukan sambil menyosialisasikan UU Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Berdasarkan UU tersebut, lanjut dia, warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan atau di air perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Sebelumnya, kata dia, dimungkinkan ada warga yang memperjualbelikan benda cagar budaya hasil temuan mereka kepada pihak lain.

Untuk mencegah adanya proses penjualan fosil yang ditemukan di kawasan Situs Patiayam oleh warga, Pemkab Kudus juga berinisiatif memberikan tali asih kepada warga yang menemukan fosil dari kawasan situs.

"Kini, setiap ada warga yang menemukan fosil saat mengerjakan lahan pertanian di kawasan Patiayam dengan sukarela menginformasikan dan menyerahkannya kepada pengelola rumah fosil Situs Patiayam," ujarnya.

Pada 2013, katanya, terdapat 20 warga yang mendapat tali asih dari Pemkab Kudus maupun Museum Sangiran.

Masing-masing warga yang menemukan fosil, katanya, mendapatkan tali asih antara Rp200 ribu hingga Rp500 ribu.

Sementara personel pengamanan kawasan situs, pemkab menunjuk lima orang warga desa setempat untuk diangkat sebagai juru pelihara dengan honor setiap bulannya sebesar Rp350.000 per orang.

"Tugas mereka, mengamankan kawasan sekitar dari upaya pihak-pihak yang tak bertanggung jawab," ujarnya.

Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pengamanan tersebut, diharapkan masyarakat setempat juga tertarik untuk ikut serta menjada aset yang nantinya bisa menjadi daya tarik wisata di desa setempat.

Sementara petugas di rumah fosil, katanya, terdapat satu orang petugas kebersihan sekaligus penjaga malam dan satu orang pengelola.

Laporan adanya pengambilan fosil untuk dijual kepada pihak lain, katanya, hingga kini tidak terdengar.

Fosil Temuan warga
Jumlah koleksi yang tersimpan di rumah fosil hingga kini diperkirakan mencapai 2.471 buah yang merupakan fosil 14 jenis hewan yang hidup di darat maupun di air.

"Kami perkirakan, mayoritas koleksi tersebut merupakan hasil temuan warga Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus," ujar juru pengelola rumah fosil Situs Patiayam Kudus, Ari Mustaqim.

Sejauh ini, lanjut dia, keamanan kawasan situs Patiayam cukup terjaga, karena melibatkan semua elemen masyarakat.

Selain itu, lanjut dia, setiap periode tertentu masyarakat juga dibekali pengetahuan untuk mengetahui ciri-ciri fosil.

Dengan bekal pengetahuan tersebut, katanya, masyarakat cukup antusias untuk ikut menjaga kawasan situs tetap aman dan tidak mudah tertarik dengan tawaran pihak luar untuk menjual temuan fosilnya.

Temuan fosil yang tercatat selama 2013 mencapai puluhan termasuk temuan warga yang baru diterima Selasa (29/10).

Ia mengatakan, temuan warga Desa Terban tersebut berupa serpihan fosil gajah purba.

Meskipun temuannya tidak besar, katanya, masih tetap dicatat, sebagai bentuk penghargaan kepada mereka atas kepeduliannya itu.

Juru pelihara fosil purba, Siti Asmah, mengemukakan kepedulian masyarakat desa setempat untuk ikut serta menjaga kawasan situs Patiayam sudah diperlihatkan sejak lama.

Bahkan, kata dia, warga juga bersedia menampung temuan fosil sejak 2005 hingga 2010. Kemudian dipindahkan ke kantor PKK Desa Terban yang terletak di depan balai desa setempat.

Meskipun ruangan untuk memamerkan fosil purba tersebut tergolong sempit, katanya, jumlah pengunjung cukup banyak yang berasal dari berbagai daerah di Jateng.

Terkait dengan laporan warga soal temuan fosil, katanya, ada enam orang yang bakal diusulkan kembali untuk mendapatkan tali asih, karena menemukan fosil hewan purba.

Pengembangan Situs Patiayam
Kepedulian Pemkab Kudus dalam mengembangkan Situs Patiayam sejak 2012, akhirnya mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat yang serius melakukan pengelolaan situs, karena dalam waktu dekat dibuatkan rencana induk.

"Kami memang sudah membangun museum fosil dan fasilitas lainnya. Namun keberadaannya tetap dimanfaatkan atau ada rencana lain, tentunya menunggu hasil pembuatan rencana induknya," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto.

Selain itu, lanjut dia, terkait dengan infrastruktur jalan yang menuju kawasan situs juga sudah ada perbaikan.

Dalam pengembangan situs tersebut, katanya, Pemkab Kudus hanya diminta menyediakan lahannya dan kelengkapan infrastrukturnya.

Lahan yang disediakan, katanya, mencapai 0,75 hektare yang merupakan tanah pemerintah desa setempat.

Anggaran yang dibutuhkan untuk pengembangan situs tersebut, mencapai Rp30-an miliar yang bersumber dari APBN.

Jumlah fosil yang ditemukan di Situs Patiayam mencapai 1.500 fosil.

Situs Patiayam merupakan bagian dari Gunung Muria dengan luas mencapai 2.902,2 hektare yang meliputi wilayah Kudus dan beberapa kecamatan di Kabupaten Pati.

Situs Patiayam merupakan situs istimewa, karena fosil-fosil kehidupan purba ditemukan di daerah tersebut sehingga menjadi salah satu situs purba yang menarik selain Situs Sangiran.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025