Menanam Indonesia Bebas Korupsi Sedari Anak
Selasa, 5 November 2013 12:44 WIB
Ada tulisan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Polri (Kepolisian Republik Indonesia), MA (Mahkamah Agung), MK (Mahkamah Konstitusi), Kejaksaan, dan Hakim. Begitulah sejumlah tulisan di bagian punggung rompi untuk ukuran anak-anak itu.
Para pemakai rompi itu, adalah anak-anak berasal dari berbagai TPQ di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang sedang merayakan Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1435 Hijriah.
Pemeran para koruptor disimbolkan dengan beberapa ekor ayam dan kambing, menjadi sasaran puluhan anak mengikuti lomba "Menangkap Koruptor", salah satu mata lomba dalam rangkaian perayaan tersebut.
Kertas bertuliskan "koruptor" diikatkan dengan tali di punggung ayam dan kambing, sedangkan dasi dipasang di leher ternak itu. Seekor kambing yang menjadi tanda koruptor kelas kakap diberi jas safari warna hitam, sedangkan di kepalanya ditempatkan peci yang juga berwarna hitam.
Dari luar gelanggang lomba, para penonton yang ratusan masyarakat setempat, berteriak-teriak memberi semangat kepada anak-anak yang sedang mengejar koruptor dengan simbol ayam dan kambing itu.
Tepuk tangan penonton secara meriah sebagai selebrasi mereka kepada peserta lomba yang dengan sigap berhasil menangkap "koruptor" buruannya.
Lomba itu bagian dari perayaan tahun baru hijriah yang digarap oleh pengelola TPQ Kyai Kertotaruno, Dusun Pabelan III, Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, di dekat kompleks Pondok Pesantren Pabelan, Kabupaten Magelang pada Selasa (5/11).
Sejumlah mata lomba lainnya, kata Direktur TPQ Kyai Kertotaruno, Zamharir, seperti lomba futsal, mewarnai, sepeda hias, busana, dan tarik tambang malaikat dengan setan.
"Peserta lomba adalah anak-anak dari 15 TPQ di Kecamatan Mungkid, setiap TPQ mengirimkan 30 anak untuk mengikuti berbagai lomba," katanya didampingi seorang anggota panitia kegiatan bertajuk "Gebyar Muharam" itu, Muhammad Dimyati.
Anak-anak yang mengenakan busana Muslim itu, dengan masing-masing membawa lilin, memulai rangkaian perayaan melalui kirab dari jalan masuk dusun itu menuju pemakaman "Kyai Kertotaruno" di belakang masjid setempat.
Sambil berjalan kaki sejauh sekitar 300 meter, anak-anak mendaraskan tahlil berulang-ulang, "'Laa ilaha illa Allah, Muhammadur Rasulullah' (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, red.).
Setiap lilin mereka letakkan di papan berupa rak yang terbuat dari bambu di pintu masuk makam tokoh dan leluhur masyarakat dusun setempat.
Takmir Masjid Kyai Kertotaruna, Muhammad Yunus, kemudian memimpin anak-anak itu mendaraskan doa untuk kebaikan kehidupan bangsa dan negara, bertepatan dengan tahun baru Islam tersebut.
"Kita semua bersyukur masih diberi kekuatan Allah SWT untuk melakukan syiar Islam ini, untuk menyongsong masa depan bangsa kita yang lebih baik. Kita siapkan generasi muda ini yang bertakwa, beriman, dan mengamalkan ajaran Islam," tuturnya.
Zamharir mengemukakan pentingnya pendidikan karakter kepada anak-anak melalui berbagai bentuk dan momentum yang tepat, agar kelak mereka berkepribadian andal.
Generasi muda dengan kepribadian yang andal dan karakter kuat, katanya, sebagai modal membangun bangsa yang lebih baik ketimbang saat ini, termasuk membebaskan dari tindak kejahatan korupsi.
"Terkadang saat ini, masyarakt dibuat bingung, di mana-mana ada pemberitaan korupsi. Korupsi membuat negara ini karut marut," tukas dia.
Lomba "Menangkap Koruptor" itu, mwnurut dia, bagian dari kesadaran masyarakat untuk memberikan pemahaman sejak dini kepada generasi muda tentang korupsi, dan pentingnya membebaskan bangsa dari korupsi.
"Supaya anak-anak kita, kelak tidak korupsi, karena korupsi melanggar hukum dan membuat sengsara masyarakat, merugikan bangsa dan negara," tandas dia.
Menyimak ekspresi kuat dan cekatan anak-anak memburu koruptor dalam simbol ayam dan kambing, dengan dukungan sorak riuh masyarakat penonton lomba itu, boleh kiranya dipancangkan optimistis bahwa bangsa ini kelak terbebas dari jeratan korupsi.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor:
M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025