Logo Header Antaranews Jateng

BATAN Awetkan Rendang Hingga 1,5 Tahun

Kamis, 28 November 2013 17:57 WIB
Image Print


"Proses iradiasi itu aman dari radiasi, karena caranya hanya lewat, seperti detektor di bandara atau rontgen di rumah sakit itu proses iradiasi yang aman, bahkan gizi dan rasanya tidak berubah," kata Kepala Pusat Standarisasi dan Jaminan Mutu Nuklir BATAN Djatmiko di Surabaya, Jatim, Kamis.

Di sela-sela Kuliah Umum bertajuk "Standarisasi Produk Pangan Olahan Siap Saji Steril Radiasi" di Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, ia menjelaskan BATAN sendiri berhasil melakukan proses iradiasi makanan khas Indonesia itu pada tahun 2012.

"Saat ini, kami sedang menyusun regulasi dan standar untuk iradiasi makanan khas itu agar bisa dimanfaatkan masyarakat," katanya ketika didampingi Kasubbid Standarisasi Mutu Bahan dan Peralatan Nuklir Sigit Santoso.

Pemanfaatan oleh masyarakat itu masih bisa dilakukan dengan dua cara yakni memiliki alat iradiator dan menggunakan jasa iradiasi yang semuanya masih harus ke BATAN di Jakarta.

"Alat dan jasa itu bisa saja dilakukan swasta, tapi kami masih menyusun regulasi, standar, dan sertifikasi. Kalau regulasi dan standar sudah disusun dan swasta yang melakukan sudah memiliki sertifikasi, maka proses iradiasi akan lebih mudah," tuturnya.

Tentang biaya proses iradiasi, Kasubbid Standarisasi Mutu Bahan dan Peralatan Nuklir Sigit Santoso mengaku hal itu masih belum dikalkulasi, namun jasa iradiasi berkisar Rp300 ribu per 1 meterkubik bahan pangan.

"Kami masih akan membentuk lembaga sertifikasi produk hasil iradiasi pada tahun depan hingga regulasi, standar, dan sertifikasinya sudah selesai dirumuskan," ujarnya yang juga didampingi Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Unitomo Ir Kusairi MP.

BATAN sudah melepas ke pasaran sejumlah hasil iradiasi untuk bahan baku makanan seperti padi, kedelai, dan sebagainya.

"Cuma, padi iradiasi itu tidak diberi merek BATAN, karena masyarakat masih menyamakan radiasi dengan bom atom, padahal padi iradiasi itu sangat aman, steril, higienis, lebih pulen, hasil per hektare lebih banyak, dan banyak yang suka, sebab kami sudah coba di Blitar, Jember, dan di Jawa Barat. Lebih dari itu, pengawasan nuklir itu sifatnya internasional," paparnya.

Selain itu, proses iradiasi juga sudah dilakukan BATAN untuk kepentingan inseminasi buatan untuk ternak, pengelasan yang bagus luar-dalam, eksplorasi air di kawasan tandus di Gunung Kidul, cek fungsi organ tubuh, dan sebagainya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Unitomo Ir Kusairi MP mengatakan kerja sama BATAN-Unitomo dalam bentuk sosialisasi iradiasi kepada mahasiswa dan dosen itu merupakan upaya rintisan untuk kerja sama yang lebih mengikat pada masa depan.

"Kami akan menjalin kerja sama lebih mengikat untuk kepentingan kurikulum, penelitian, dan praktik mahasiswa dengan BATAN, karena kami sudah memiliki peneliti yang ahli iradiasi yakni Doktor Sudarto yang juga didikan BATAN," katanya.

Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024