Logo Header Antaranews Jateng

Ahmad Tohari: Parpol Lahirkan Priayi Politik

Minggu, 8 Desember 2013 08:42 WIB
Image Print


"Para anggotanya meminta untuk diajeni (dihormati) oleh masyarakat. Padahal, mereka seharusnya berorientasikan populis," katanya, di Purbalingga, Sabtu.

Ahmad Tohari mengatakan hal itu dalam Sarasehan Pemilu 2014 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purbalingga di Gedung Andrawina, Owabong Cottage, Purbalingga.

Penulis novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ini mengatakan bahwa orang-orang yang terpilih sebagai anggota legislatif maupun pemimpin seharusnya seorang pelayan masyarakat.

Akan tetapi kenyataannya, kata dia, masyarakat justru dianggap sebagai pelayan orang-orang itu.

"Kultur jiwa republiken di masyarakat Indonesia telah hilang," kata pria yang akrab dipanggil dengan panggilan Kang Tohari ini.

Dalam hal ini, dia mencontohkan seorang pejabat atau pemimpin banyak yang tidak sadar bahwa rakyatlah yang menggaji mereka tiap bulan.

Oleh karena itu, kata dia, masyarakat harus berani mengkritik pemimpin yang salah.

"Jangan 'meneng bae' (diam saja). Selama ini kita takut menegur orang yang berkuasa karena berabad-abad hidup dalam sistem elitis. Padahal, rakyat adalah pemilik kekuasaan," kata dia menegaskan.

Menurut dia, pemilu memiliki sifat "fardu ain" atau wajib dilakukan oleh seluruh individu yang telah memenuhi syaratnya, karena kehidupan bernegara dimulai dari membuat partai dan melaksanakan pemilu.

Terkait sedikitnya partisipasi masyarakat dalam pemilu, dia mengatakan bahwa kondisi itu bisa diubah dan menjadi tugas para politikus, pejabat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk kembali menghidupkan kultur republiken di jiwa masyarakat.

"Mari kita berbondong-bondong datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk memilih si fulan karena mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Bukan karena uangnya," kata Kang Tohari.


Pewarta :
Editor: Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2025