Malaysia Dikritik Tak Cakap Tangani Krisis MH370
Selasa, 18 Maret 2014 16:14 WIB
Media massa asing, terutama media resmi pemerintah China, menuduh pihak berwenang Malaysia tidak cakap, menyesatkan publik dan memperburuk penderitaan keluarga para penumpang yang hilang.
Dua per tiga penumpang pesawat Boeing-777 yang secara efektif hilang sebelas hari lalu itu adalah warga negara China.
Pemerintah Malaysia meminta kesabaran dan pengertian, dengan alasan pihaknya tidak punya pilihan kecuali menahan informasi yang susah sekali diverifikasi.
Kritik-kritik menyebutkan ketidakmajuan dalam upaya pencarian pesawat itu adalah petunjuk dari satu elite penguasa yang tidak efisien dan tidak bisa menghadapi masalah yang pelik.
Menurut Michael Barr, pakar politik Asia dari Universitas Flinders di Australia, kepemimpinan Malaysia tidak siap menghadapi masalah-masalah seperti hilangnya pesawat MH370.
"Mereka lebih bermanfaat dalam mengendalikan pers dan membungkam kritik," kata dia seperti dikutiip AFP.
Pemerintah otoriter Barisan Nasional berkuasa sejak Malaysia merdeka dari penguasa kolonial Inggris pada 1957.
Mereka berada di balik tumbuhnya Malaysia sebagai perekonomian ketiga terbesar di Asia Tenggara dengan PDB berekspansi 4,7 persen tahun lalu, namun para analis mengatakan kekuasaan yang tak tertandingi ini menjadi sumber apatisme dan ketidakefisienan.
Sandungan seputar pencarian pesawat hilang itu menunjukkan pemerintah "kurang mampu mengatasi banyak soal teknik dan dalam mengomunikasikan tujuan-tujuannya secara global dengan jernih dan lugas," kata Clive Kessler, profesor sosiologi dan antropologi pada Universitas New South Wales.
Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim yang bersama dengan kelompok sayap kanan, berulang kali menuduh pemerintah melecehkan kebebasan sipil dan korup itu bahkan melontarkan tuduhan lebih tajam.
"Hilang misteriusnya MH370 mencerminkan tidak hanya sebuah rezim yang tidak kompeten dalam memimpin negara namun juga sebuah pemerintah yang tidak bertanggungjawab," kata Anwar kepada AFP.
Dia berbicara ini untuk menjawab spekulasi bahwa kapten pesawat hilang itu --yang adalah anggota partainya Anwar Ibrahim-- telah didorong oleh motivasi politik untuk menyabotase pesawat itu.
Anwar mengatakan dia jijik pada apa yang dia anggap sebagai upaya menodai pilot Zaharie Ahmad Shah yang entah bagaimana mengaitkan pemimpin oposisi dalam hilangnya Malaysia Airlines MH370 pada 8 Maret.
Militer gagal
Di antara pertanyaan yang paling menyolok adalah mengapa militer Malaysia gagal bereaksi terhadap pesawat yang melintasi Semenanjung Malaysia beberapa saat setelah pesawat itu memutuskan kontak dengan radar sipil.
Para pejabat Malaysia mengatakan radar-radar militer memang menangkap jejak pesawat yang terbang tak teridentifikasi pada rute yang tak terjadwal tersebut, namun tak melakukan apa-apa karena menganggapnya tidak "bermusuhan".
Mereka juga mengatakan butuh waktu untuk memverifikasi bahwa "blip" radar yang dijejak itu memang MH370 karena sistem sinyal otomatisnya telah dimatikan.
Militer jelas tahu banyak mengenai apa yang telah terjadi pada MH370 dibandingkan dengan badan Malaysia apa pun, kata David Learmount, editor keamanan dan operasi majalah industri penerbangan Flightglobal.
"Namun otoritas tampaknya tak memanfaatkan kepakaran ini, dan militer mungkin lambat bereaksi," kata dia seperti dilaporkan AFP.
Briefing wartawan harian oleh para pejabat pemerintah, penerbangan dan keamanan juga kerap dicemari pernyataan-pernyataan saling bertentangan yang melukiskan kebingungan dan frustasi.
Contohnya Senin kemarin, CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya mengungkapkan informasi pada momen-momen krusial di kokpit pesawat sebelum dibelokkan, yang sama sekali berlawanan dengan versi yang disampaikan Menteri Perhubungam Hishammuddin Hussein.
Marah
Contoh terbaru adalah ketidakcocokkan mengenai jumlah dan kebangsaan penumpang pesawat yang menggunakan paspor curian, serta mengenai apakah ada penumpang yang tidak jadi berangkat atau tidak.
Dalam satu pertemuan dengan para pejabat maskapai di Beijing, Senin, para keluarga penumpang yang berasal dari China menuduh Perdana Menteri Najib Razak dan menteri-menterinya menyampaikan hal-hal omong kosong dan sengaja menutup-nutupi hal-hal negatif di balik upaya pencarian.
Perdana Menteri Li Keqiang juga memicu keributan dengan meminta Najib memberi informasi yang lebih terinci mengenai penerbangan hilang dalam hitungan detik, akurat, dan komprehensif.
Jelas terganggu oleh kritik-kritik ini, Hishammuddin, yang adalah sepupu Najib, marah ketika seorang wartawan asing menanyakan apakah Malaysia mesti meminta maaf atas caranya menangani krisis.
"Saya kira adalah sangat tidak bertanggungjawab untuk mengatakan hal itu," kata dia menyerang balik.
Dengan menekankan pola misteri belum pernah terjadi sebelumnya yang menyelimuti hilangnya pesawat tersebut, Hishammuddin mengatakan bahwa pemerintah tak bisa digertak gara-gara tuduhan tidak bertanggungjawab.
"Jika pemerintah menyampaikan informasi sebelum diverifikasi secara benar maka orang yang akan paling menderita adalah keluarga-keluarga yang kami berusaha lindungi ini," kata dia seperti dikutip AFP.
Pewarta : -
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024