Logo Header Antaranews Jateng

Kisah Para Kandidat Mendekat Rakyat

Selasa, 18 Maret 2014 19:49 WIB
Image Print
Seorang caleg DPR RI, Arwandrija Rukma (kanan), berbicang-bincang dengan sejumlah pengelola toko komputer di Jalan Tidar Kota Magelang saat sosialisasi dirinya sebagai peserta Pemilu 2014, belum lama ini. (Hari Atmoko/dokumen).


"Besok saja kalau sudah jadi, saya tunggu kerjanya," kata sopir bernama Heru itu.

Penumpang yang calon anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan VI Jateng bernama Arwandrija Rukma itu pun memasukkan lagi selembar uang kertas Rp10.000 ke dompet warna cokelatnya sambil mengucapkan terima kasih.

Perbincangan mereka di dalam angkot itu, rupanya bukan yang pertama kali. Di sepanjang jalur itu, mereka terkesan akrab berbincang-bicang. Pada masa kecil, keduanya sama-sama tinggal di asrama tentara setempat karena bapak mereka masing-masing pernah bertugas di kesatuan TNI itu.

Arwan, saat ini maju sebagai caleg melalui Partai Hanura yang pada Pemilu 2014 kebetulan sebagai parpol dengan nomor urut 10. Hanura menempatkan Arwan yang bukan jajaran struktur partai itu, di nomor urut 5 daftar caleg DPR RI untuk dapil Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, dan Purworejo.

Heru menyatakan telah seketika membagikan kepada kawan-kawan sesama sopir angkot jalur 10, semua kartu nama Arwan sebagai caleg. Kartu nama itu, selain berisi data pribadi Arwan, juga pengalaman pendidikan, dan rekam jejak pekerjaannya selama ini.

"'Kanca-kanca sopir sami criyos, sekolahe dhuwure ramekakat' (Para sopir bicara, sekolah Arwan sampai tinggi sekali, red.)," kata Heru yang disebut Arwan sebagai seniornya di asrama tentara.

Masa kecil Arwan, sekolah di Magelang, Jateng dan Tomohon, Sulawesi Utara, kemudian kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM Yogyakarta, meraih gelar Master in Public Administration and Management dari University of Antwerp, Belgia (1996-1998) dengan predikat Magna Cum Laude, dan gelar doktor bidang ekonomi dari Kobe University, Jepang (2000-2003).

Ia juga pernah mengajar program magister di Universitas Marcu Buana, Tarumanagara, dan Krida Wacana (2005-2007), serta Universitas Indonesia (2004), bekerja selama 13 tahun di Sekretariat Negara, dan menjabat Kepala Bagian Kerjasama Multilateral, Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri, Sekretariat Negara (2004-2007).

Selain itu, bekerja di lembaga pelestarian alam internasional, The Nature Conservancy-Indonesia Program (2008-2012) dan Koordinator Sekretariat Regional Interim, Coral Triangle Initiative (2013-sekarang).

"Sudah beberapa bulan terakhir seperti ini, saya mendekati langsung masyarakat, tidak pasang baliho, spanduk di jalan-jalan, atau di angkot. Saya ingin membuktikan, cara ini ada juga yang memilih dan pemilih benar-benar mengenal saya," kata Arwan yang setahun terakhir bekerja di CTI, organisasi regional bidang pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan beranggotakan Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon.

Siang itu, ia memberikan kartu nama kepada para penumpang dan sopir angkot, pemilik dan pegawai toko di kawasan Perbelanjaan Rejotumoto, di sepanjang Jalan Tidar Kota Magelang, serta pusat kuliner Kartika di dekat Stadion Abu Bakrin, Kota Magelang. Segepok kartu namanya sebagai caleg digendong dalam ransel lawas, jadi senjata untuk bersosialisasi dengan warga.

Siang itu, Arwan juga menemui orang-orang yang dengan rela hati, tanpa uang transpor atau bayaran, bersedia menyebarkan kartu namanya. Mereka antara lain ditemui di depan pusat pertokoan Metro Square, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, di satu rumah kawannya di kawasan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, dan di rumah orang tuanya di kawasan Jambewangi, Magelang Utara.

Ia juga berbincang-bincang dengan orang-orang yang ditemui, tentang pemilihan legislatif mendatang yang setiap pemilih harus memberikan suara untuk caleg DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan Kota, serta DPD.

"Kalau belum ada pilihan dan cocok, untuk DPR RI, silakan pilih saya," katanya ketika berbincang dengan seorang penumpang angkot di Jalan Soekarno-Hatta Kota Magelang, ruas Canguk hingga petigaan Trio di kota dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu.

Seorang pemilik toko komputer yang menyebut namanya sebagai Kris, setelah ditemui Arwan, menerima kartu nama, dan berbincang-bincang sejenak dengan dikelilingi sejumlah pegawai, kemudian memuji cara caleg itu bersosialisasi.

"Baru satu ini saya temui, yang kampanye dengan cara ini. Umumnya pasang baliho di jalan-jalan, iklan di koran, membagi-bagikan kartu nama begitu saja. Kalau dengan cara ini, kita jadi ketemu langsung dan berbicara dengan caleg. Ini bukan soal menyuruh saya memilihnya," katanya.

Ia pun mengizinkan Arwan meletakkan segepok kartu nama di meja etalase barang dagangannya, untuk diberikan kepada orang-orang yang datang ke toko di Jalan Tidar Kota Magelang itu.

Mendukung Perjuangan
Seorang warga Nambangan, Kota Magelang, Untari, mengaku sebelumnya didekati sejumlah caleg, namun akhirnya memutuskan untuk mendukung perjuangan Tatang Jatmiko maju caleg DPRD Kota Magelang nomor urut 1 Dapil Magelang Tengah, dari Partai Gerindra.

Tatang pernah menjalani kuliah di Jurusan Ilmu Statistik FMIPA UGM Yogyakarta dan Ilmu Adminstrasi Negara Universitas Tidar Magelang. Ia juga pernah duduk di jajaran pimpinan Badko PRD Jateng (1999), Ketua PW Gerakan Pemuda Kerakyatan Provinsi Jateng (2002), Ketua Presidium Formas Kabupaten Magelang (2003), Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) Indonesia Movement (2010), Wakil Sekjen PP Satria Gerindra (2010), dan sejak 2013 menjadi Ketua DPC Partai Gerindra Kota Magelang.

"Lha wong calon pemimpin kok mau tidur dengan santai di rumah saya, dekat dengan tumpukan barang rombengan. Tetangga juga heran. Orangnya pinter, wawasannya luas, dan omongannya kritis. Saya akhirnya malah juga mengajak tetangga, untuk memilihnya nanti kalau pemilihan. Sudah ada 50 orang di tangan saya," katanya.

Meskipun gambar Tatang terpampang melalui baliho, spanduk, dan kaca sejumlah angkot setempat, di berbagai tempat dapilnya dalam beberapa kesempatan pertemuan, ia menyilakan warga untuk memilih calon yang memang dinilai lebih baik dari dirinya itu, saat hari pemilihan mendatang.

Berdasarkan pendekatannya dengan warga di sejumlah kampung selama ini, Tatang mengaku heran karena ternyata sebagian besar mereka mengaku tidak pernah dikunjungi para wakil rakyat, termasuk saat reses. Mereka juga tidak tahu bahwa gedung dewan adalah tempat rakyat secara terbuka menyampaikan aspirasi dan menemui para wakilnya.

"Ini kota kecil, mosok wakil rakyat tidak pernah menemui warga, mereka menjadi elit. Gedung dewan harus menjadi tempat warga untuk datang, menyampaikan aspirasi. Saya ini ya dari dulu begini, dulu demonstran, lalu terus belajar dari banyak guru politik. Kalau nanti jadi anggota dewan, saya dorong lainnya untuk tidak menjadi elit, berjarak dengan rakyat. Saya akan buka gedung dewan untuk rakyat bisa datang setiap saat," katanya.

Baik Arwan maupun Tatang menyatakan tidak melakukan praktik politik uang dalam pemilu. Dalam rangkaian tahapan pesta demokrasi lima tahunan itu, mereka juga menyatakan pentingnya rakyat secara optimal mengenyam pendidikan politik.

"Ya begitu akibatnya selama ini, kalau yang terjadi adalah transaksi politik. Begitu sudah selesai transaksi, maka sudah lunas, merasa tidak wajib mengunjungi rakyat. Rakyat juga harus disadarkan akibat transaksi politik," kata Tatang.

Arwan juga mengaku menolak tawaran seseorang melalui komunikasi di jejaring sosial menyangkut 400 calon pemilih yang bisa digiring mendukung pencalonannya, dengan transaksi politik.

"Dengan kalimat sopan, saya menolak ibu guru yang menawarkan itu. Pendidikan politik perlu untuk membawa masyarakat menjadi cerdas menentukan pilihan. Mulai sekarang harus disemaikan kesadaran itu, entah kapan menuainya. Mungkin juga bukan untuk saya tahun ini yang memetik," katanya.

Kalangan pemuka agama yang tergabung dalam Peguyuban Umat Beriman Magelang (PUBM) melalui Sarasehan dan Doa Bersama Lintas Agama Menghadapi Pemilu 2014, belum lama ini, juga menyatakan sepakat mendorong kesadaran moral masyarakat agar tidak golput dan secara cerdas menentukan pilihan.

"Persoalannya bukan hanya bagaimana masyarakat tidak golput dan mewujudkan pemilu yang bebas, jujur dan adil, aman, dan sukses, tetapi juga sesudah itu, wakil rakyat yang terpilih harus terus dikawal kinerjanya, agar mampu bekerja secara jujur dan adil, mewujudkan kesejahteraan bersama," kata seorang pemuka agama, Romo Bonifasius Bambang Sumintarto.

Para penyelenggara pemilihan terus menyiapkan berbagai keperluan menuju hari Pemilu Legislatif, 9 April 2014, sedangkan saat ini tahapan pemilihan telah masa kampanye berbentuk rapat umum terbuka. Masa kampanye mulai 16 Maret hingga 5 April 2014.

Selama masa itu, dipastikan para kandidat legislator makin rajin mendekati rakyat untuk mendulang suara. Sedekat apapun, belum menjamin penuh suara rakyat itu, signifikan mengantar mereka mendapatkan kursi kekuasaan politiknya.

Bilik suara pada hari pemilihan mendatang, akan menjadi tempat terpanas untuk ujian akhir kedekatan kandidat dengan rakyat dan ujian akhir kecerdasan nurani rakyat.


Pewarta :
Editor: M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024