Logo Header Antaranews Jateng

Bagaikan Mengiring Dewi Maya Menuju Taman Lumbini

Minggu, 6 April 2014 17:50 WIB
Image Print
Pemandu wisata Candi Borobudur, M. Hatta, menunjuk detail relief Lalitawistara, tentang pahatan kaki tersembunyi seorang dayang, dalam kisah para pengiring Dewi Maya menuju Taman Lumbini untuk melahirkan Sidharta Gautama, beberapa waktu lalu. (Hari A


Salah satu kaki yang digambarkan milik seorang di antara para pengiring Ratu Sri Mahamaya (Dewi Maya) menunju Taman Lumbini (sekarang Nepal) dalam perjalanan dari istana Kerajaan Kapilawastu, untuk melahirkan bayi Sidharta Gautama di bawah pohon Sala, tak tampak seketika.

Keberadaan kaki seorang dayang keempat dalam panel relief di lorong pertama Candi Borobudur itu, harus ditunjuk dan bahkan disentuh dengan jari karena terselip di antara kaki dayang kelima.

Relief dua kaki lainnya milik seorang pembawa payung, tampak jelas di antara dua roda kereta yang ditunggangi Dewi Maya. Satu di antara dua pembawa payung itu, berada di sisi kanan kereta.

Begitu juga kalau diperhatikan secara detail. Kereta itu ditarik dua ekor kuda. Tubuh seekor lainnya tidak terpahatkan, hanya terlihat dua kepala kuda dan delapan relief kaki binatang itu. Kisah itu bagian dari 120 panel relief bernama Lalitawistara di lantai tiga Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Ini menggambarkan betapa banyak yang mengiring Dewi Maya saat hendak melahirkan bayinya, yang kelak menjadi Sang Buddha Gautama. Ada relief prajurit, para dayang, pembawa bendera, penarik kuda," kata pemandu wisata Candi Borobudur Muhammad Hatta.

Mereka digambarkan menjaga dengan baik saat-saat kelahiran Sang Pemimpin, dalam doa dan keheningan. Bagaikan masa tenang seluruh bangsa Indonesia hendak menuju "taman lumbininya" saat ini, yakni pemilu pada hari Rabu (9/4), tempat kelahiran para elite di kursi legislatif periode 2014--2019.

Pesta demokrasi lima tahunan, memasuki masa tenang, 6--8 April 2014, setelah tahapan kampanye pemilu melalui pertemuan terbuka dijalani semua partai politik dengan para calon anggota legislatif, 16 Maret--5 April 2014.

Telah selesai masa hiruk pikuk orasi politik, penyebaran secara terbuka "virus" visi, misi, program peserta pemilihan untuk memikat suara rakyat, dan pengenalan rekam jejak para calon. Berhenti pula bising suara knalpot sepeda motor setiap hari di jalan-jalan oleh peserta konvoi yang kader dan simpatisan parpol dan caleg.

Masa tenang, saat menunggu hari pemilihan. Hari lahir para elite yang bakal menjadi anggota dewan, di semua tingkatan. Masa tenang menuju hari pemilu anggota legislatif juga menjadi masa penjagaan agar calon pemilih tidak berpindah ke lain kandidat. Namun, juga masa untuk para caleg dengan mesin parpol dan tim masing-masing, menambah perbendaharaan suara yang hendak dijatuhkan di bilik suara.

Ada warga yang masih kukuh dengan sikap golongan putih, ada yang masih bingung tentang calon yang hendak dicoblos karena jumlahnya yang begitu banyak, sulit dikenal dengan baik rekam jejak, visi, misi, dan programnya.

Akan tetapi, ada juga warga yang telah mantap dengan calon yang hendak dipilih, sedangkan anggota penyelenggara pemilu, telah mengirim surat undangan kepada warga untuk hadir di tempat pemungutan suara pada hari-H pemilihan.

"Sudah terima undangan memilih, sudah tahu yang akan saya pilih. Mantap, semoga tidak korupsi," kata warga Muntilan, Kabupaten Magelang, Sutikno Dwijo Hartono.

Seorang warga Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Bambang Eka Prasetya, bahkan terang-terangan menyebut nama-nama caleg di semua tingkatan, yang hendak dipilihnya.

Eka yang juga penyair Magelang itu bahkan mengaku sebagai sukarelawan murni atas sejumlah caleg agar mendapatkan kursi dewan.

"Saya sukarelawan murni, saya kontak kawan-kawan dan 'support' mobilitas dengan 'kocek' (uang, red.) pribadi," katanya.

Kalau warga menjaga pilihannya terhadap kandidat, begitu juga dengan para caleg. Mereka juga berupaya menjaga konstituennya agar tetap berkomitmen kepada dirinya pada masa tenang.

Caleg nomor urut 2 DPRD Kota Magelang dari Partai Kebangkitan Bangsa Sholahuddin menyebut melanjutkan "gerilya" pada masa tenang untuk menjaga komitmen calon pemberi suara untuk dirinya di Daerah Pemilihan Kecamatan Magelang Utara itu.

"'Gerilya' mendatangi rumah konstituen satu per satu, tanpa uang. Saya berharap konstituen mencoblos saya. Jumlah suara saya aman, asalkan tidak 'dibom' (terkena praktik politik uang oleh calon lain, red.)," katanya.

Ia mengaku mendapat informasi praktik politik uang para caleg lain telah menembus angka sekitar Rp100.000 per orang.

Caleg nomor urut 3 DPRD Kota Magelang dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Margareta Indriastuti menyatakan bahwa dirinya mempertahankan cara santun dalam menjaga calon pemilihnya di Daerah Pemilihan Magelang Utara.

Indri yang pernah menjadi anggota DPRD setempat periode 2004--2009 itu mengaku harus bersaing ketat dengan pimpinan parpolnya karena se-dapil dengan dirinya.

Pada kesempatan itu, dia menyebut 2.500 suara aman untuk dirinya bisa menang pada pemilu anggota legislatif. Namun, Indri tidak bersedia menyebut perkiraan total jumlah calon pemilihnya hingga hari pertama masa tenang, Minggu (6/4). Selama ini, dia berkampanye melalui berbagai forum silaturahmi dengan masyarakat.

"Seperti 'sales', 'door to door'. Saya berusaha menjadi teman yang baik siapa pun, pendekatan persuasif, terutama dengan komunitas-komunitas yang sudah terjalin. Apalagi di partai sendiri, saya berkompetisi dengan ketua DPC dan PAC. Hal yang sulit memang, tetapi saya tetap berusaha untuk meraih suara dengan cara yang santun. Semua saya serahkan kepada masyarakat," katanya.

Caleg nomor urut 6 DPRD Kabupaten Magelang dari Partai Nasional Demokrat untuk Daerah Pemilihan 1 (Borobudur, Mungkid, dan Mertoyudan) Priyoto mengaku masih berusaha mendapatkan calon pemilih agar aman untuk dirinya menang pemilihan.

Ia menyebut posisinya aman jika mendapatkan 7.000 suara. Beberapa desa di dapilnya memang hingga hari terakhir masa kampanye, Sabtu (5/4), belum tersentuh sosialisasi dirinya, baik secara langsung maupun melalui tim sukses.

"Namun, sampai dengan hari ini (6/4) data untuk calon pemilih saya terus bertambah karena politik uang oleh para calon petahana, ternyata tidak sampai ke bawah. Saya mendapat informasi, angkanya antara Rp25 ribu sampai Rp35 ribu. Oleh koordinator mereka tidak sampai ke bawah," katanya.

Mereka yang kecewa karena tidak mendapatkan pemenuhan janji uang itu akan digarap menjadi pemilih yang rasional, memahami visi, misi, dan program-programnya, termasuk terkait dengan pengembangan kepariwisataan kawasan Candi Borobudur.

Ia menyebut memiliki sejumlah program, antara lain pengembangan produk kerajinan rakyat, sarana olahraga, dan tempat bermain anak, khususnya di desa-desa sekitar Candi Borobudur.

"Saya memang menjanjikan aspirasi mereka untuk saya perjuangkan," kata Priyoto yang juga seorang direksi badan usaha milik Desa Borobudur yang bergerak di sektor kepariwisataan Candi Borobudur itu.

Ia menyatakan optimistis konstituen mengawalnya hingga hari pemilihan mendatang dengan pemberian suara untuk dirinya.

"Saya optimistis karena mereka menilai positif saya. Maka, pada masa tenang ini, justru saya menenangkan diri dengan makin mendekat ke tengah masyarakat yang akan mengantarkan saya," katanya.

Masa tenang menuju hari pemilu, bagaikan suasana perjalanan berduyun-duyun siapa saja, mengiring Dewi Maya ke Taman Lumbini, untuk memasuki hari kelahiran para pemimpin di lembaga legislatif yang terhormat.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024