Pemain berusia 36 tahun itu adalah satu-satunya pemain Die Mannschaft yang memperkuat laga final Piala Dunia terakhir Jerman pada 2002 dan siap mengecap rasa juara di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, pada putaran final Piala Dunia keempatnya.

Dia mencetak gol ke-16 pada putaran final Piala Dunia, atau ke-71 untuk Jerman, pada semifinal melawan Brasil Rabu dini hari lalu yang berkesudahan 7-1.

Striker kelahiran Polandia itu bisa saja memenangkan cap ke-137 di Rio dan mengatakan semua fokus adalah Argentina, namun gelar juara Piala Dunia akan memicunya menjadi makhluk pesta.

"Saya tak bisa jamin apa-apa, tetapi jika kami memenangi trofi, akan ada pesta," kata dia. "Kami menikmati kemenangan atas Brasil, tetapi kami harus mengemasi barang-barang setelah 24 jam."

"Pada laga mendatang, kami kembali harus mengeluarkan kemampuan terbaik kami. Rasanya sungguh mengerikan kalah di final, jadi giliran kami untuk juara kali ini."

Melakukan debutnya pada 2001, dia menyamai untuk kemudian mematahkan rekor gol sepanjang masa Piala Dunia atas nama Ronaldo pada Piala Dunia Brasil 2014. Tetapi Klose menyatakan pretasinya itu tak ada apa-apanya jika Jerman kalah dari Argentina.

"Itu adalah hal amat emosional bagi saya, tetapi orang yang mengenal saya tahu bahwa fokus saya adalah Argentina, 100 persen," kata dia. "Jika kami kalah di final, maka kegembiraan saya sebagai top skorer akan pasti terkurangi."

Kendati harus menjadi saksi dari dua gol Brasil Ronaldo ke gawang timnya pada final turnamen edisi 2002, Klose menyatakan tidak akan memanfaatkan momen 2002 itu sebagai motivasinya.

Dia mengatakan skuat sekarang ini bersatu dalam hasrat menjadi juara dunia. "Itu terjadi 12 tahun lalu dan saya masih sangat muda, tapi kini, saya hanya mengingat apa-apa yang sudah terjadi, namun Anda tak bisa membandingkan kedua pertandingan itu," kata Klose.

"Setiap pertandingan itu unik, khususnya untuk final. Faktor kunci di sini adalah penampilan selama latihan. Anda lihat tingkat respek dan komitmen skuat. Tak ada 'Tim B' atau 'Tim A' dan tak ada perbedaan antara pemain di bangku cadangan dengan mereka yang di lapangan."

"'Semangat tim' bukanlah ekspresi kosong, tidak ada pemain satu ngomel ke pemain lainnya. Mereka semua sangat profesional dan dewasa, meski beberapa dari mereka baru berumur 25 atau 26 tahun," kata Klose.

Messi fantastis

Ini keenam kalinya Jerman menghadapi Argentina pada putaran final Piala Dunia dan ketiga kalinya bertemu di final.

Klose mencetak dua gol ketika Jerman memenangi pertemuan terakhir mereka saat Argentina yang dilatih Diego Maradona dibantai 4-0 di Afrika Selatan pada 2010.

Jerman kalah pada final Piala Dunia 1986 di Meksiko dengan skor 3-2 dari Argentina, lalu membalasnya empat tahun kemudian dengan menjuarai Piala Dunia 1990 setelah menangi 1-0 di final ketika Argentina harus bermain dengan sembilan pemain di Roma.

Legenda Argentina Maradona bermain pada kedua pertandingan itu, namun Klose menegaskan itu semua tidak ada hubungannya dalam pertandingan sekarang.

"Anda sama sekali tak bisa membandingkannya, Maradona adalah seorang pesepakbola, namun (Lionel) Messi fantastis dan mereka berdua jelas bernilai," kata Klose.

"Kami harus mengeluarkan beberapa kejutan dari kami sendiri dan saya tak hanya menantikan satu pertandingan yang menarik yang akan diliputi taktik dan sedikit tipuan," kata Klose seperti dikutip AFP.