Ritual yang diikuti ratusan orang tersebut berlangsung di sekitar sumber air di kawasan lembah Dawuhan yang berjarak satu kilometer dari kampung. Ritual diawali setiap keluarga membawa sejumlah ketupat dikumpulkan di lokasi nyadran.
Setelah dilakukan doa bersama, ketupat kemudian dimakan bersama-sama dan sebagian lainnya dibawa pulang.
Seorang tokoh warga Ngemplak, Tarom (68), mengatakan ritual untuk mengenang jasa Kyai dan Nyai Lenging yang telah membuat saluran air untuk lahan pertanian warga. Selain itu, ritual juga sebagai wujud syukur pada Tuhan Yang Maha Esa dan kecintaan pada alam lingkungan serta pelestarian sumber air.
"Ritual digelar usai panen, kami bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Tuhan," katanya.
Ia mengatakan seribu ketupat diambil dari jumlah ketupat yang disediakan Nyai Lenging untuk Kyai Lenging dalam mengerjakan saluran air, yakni satu ketupat per hari. Pada hari ke-1.000 saat selesainya pembuatan saluran air, kemudian digelar wayang kulit sehari semalam.
"Ritual untuk mengenang jasa Kyai dan Nyai Lenging. Seribu ketupat diambil dari jumlah ketupat yang dikeluarkan Nyai Lenging. Kami juga menggelar wayang dengan lakon Rama Tambak," katanya.
Warga yang lain, Agus Anang, mengatakan dalam perkembangannya ketupat yang terkumpul dari warga lebih dari seribu buah.
Ia menuturkan, beberapa hari sebelum nyadran ketupat, warga membersihkan saluran air sepanjang 1,5 kilometer, selain itu juga menanam pohon di sekitar mata air untuk kelestarian alam.
Pascapanen, Warga Ngemplak Gelar Sadran 1.000 Ketupat
Jumat, 29 Agustus 2014 16:21 WIB
Ilustrasi - Sejumlah warga berebut gunungan kupat. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/ss/Spt/14)
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Tradisi nawu Sendang Gotan sebagai wujud syukur warga kepada Tuhan atas sumber air
23 February 2025 19:15 WIB
Maklumat Sarang minta pemerintah galang dukungan tolak relokasi warga Palestina
12 February 2025 22:24 WIB